Jangan Jadi Orang Tua Gaptek,Yuk Pakai Kakatu!- Hai pembaca setia Catatan Bunda, dipostingan saya sebelumnya tentang Festival Bonorowo Menulis, saya menyebutkan bahwa salah satu acaranya adalah talkshow yang menarik. Saya juga berjanji akan menuliskannya pada postingan terpisah. Nah, berikut ini adalah tulisan saya tentang talkshow parenting tentang Kakatu School.
Apakah Anda memiliki anak? Lalu apakah mereka mengenal gawai (gadged)? Jika jawabannya iya, sulitkah mengajaknya sholat saat mereka sedang asyik dengan gawai? Mungkin beberapa dari Anda menjawab tidak, tapi tidak sedikit pula yang merasakan sulit melepaskan anak dari gawai. Apalagi jika anak telah bermain gawai cukup lama.
Nah, berbicara masalah gawai. Eh bentar, Anda sudah kenal gawai? Hehehe, gawai adalah kata baku dari gadged. Nggak apa kan ya sekali-sekali nulis pakai bahasa baku meskipun campuran, biar terbiasa.
Balik lagi ke gawai yang saat ini telah menjadi salah satu sumber literasi, apalagi bagi anak usia sekolah dasar hingga tingkat lanjut. Siswa sudah tidak asing lagi dengan keberadaan gawai, mereka bebas menggunakan gawai dengan alasan mencari materi tambahan sebagai tugas sekolah.
Tapi tahukah Anda, jika internet yang menjadi βnyawaβ dalam gawai yang bisa merusak generasi bangsa? Mengapa saya sebut nyawa? Karena anak-anak tertarik dengan gawai jika ada internetnya. Coba kalau gawai (smartphone, PC, atau tablet) nggak nyambung dengan internet? Masih maukah anak-anak kita menyentuhnya? Sayangnya internet sehat sudah mulai dikotori oleh hal-hal negatif yang justru membawa generasi sekarang menuju kehancuran.
Berawal dari keprihatinan akan semakin hilangnya internet sehat dalam kehidupan anak-anak. Muhammad Nur Awaludin yang biasa disapa Kak Mumu, bersama timnya membuat sebuah aplikasi bernama Kakatu. Sudah pada tahu belum aplikasi Kakatu School?
Aplikasi buatan Kak Mumu ini ingin fokus menyelesaikan permasalahan di era digital atau internet. Seperti kecanduan game, kecanduan handphone, kecanduan pornografi, atau penggunaan internet yang tidak produktif. Mengapa? Kebanyakan anak pakai internet untuk nonton youtube atau main game (ini juga yang terjadi pada anak bungsu saya). Padahal, bisa kan internet digunakan secara kreatif? Itulah yang ingin coba diselesaikan oleh tim Kakatu.
sumber: kakatu.school |
Tahun 2014, Kak Mumu sempat membuat Kakatu Parental Control untuk keluarga tapi masih belum terlalu menyelesaikan masalah. Anda bisa coba searching di Play Store, masih bisa diunduh kok. Saya coba dan lumayan bisa mengontrol anak balita. Di awal 2017, pemuda Bandung ini berinovasiΒ membuat Kakatu School, aplikasi yang diperuntukkan bagi sekolah sebagai alat bantu mengontrol dan mengedukasi penggunaan smartphone anak.
Mengapa harus diedukasi? Karena salah satu upaya nyata untuk mengatasi kecanduan game atau pornografi adalah dengan melakukan edukasi atau pemahaman. Tapi edukasi yang bagaimana? Ya harus tepat sasaran.
Jadi, Kakatu School dapat membantu menganalisis perilaku berinternet siswa. Sudah sehat atau belum? Contohnya saat Anda ke dokter, kan Anda nggak tahu sakit apa? Lalu diagnosis dokter mengatakan Anda sakit flu sehingga diberi obat flu. Sama halnya ketika sedang berinternet, apakah anak menggunakan internet secara sehat? Nah, si anak ternyata sakit karena berinternet di tengah malam. Aplikasi Kakatu memberitahukannya ke sekolah sehingga bisa dilakukan tindakan pencegahan atau penanganann dari guru BK atau guru yang ditunjuk sesuai laporan dari Kakatu.
Kakatu sebagai aplikasi akan membantu mengedukasi secara lebih tepat sasaran.Β Misalnya anak SD suka main game GTA, padahal gamenya banyak adegan kekerasan dan pembunuhan cocoknya untuk 18 tahun ke atas, Kakatu akan memberikan edukasi yang tepat sasaran. Kakatu akan menjelaskan pengertian GTA, dampaknya, dan cara pencegahannya.
sumber:Β kakatu.school |
Oiya, pada tahu nggak sih kenapa anak SD udah banyak yang nonton pornografi? Bagi mereka nonton porno itu menyenangkan, bukan sesuatu hal yang berdosa, atau bahkan bisa merusak otak. Mereka belum paham kalau pornografi bisa merusak otak dan menjadikan otak nggak ada bedanya dengan binatang. Masalahnya mereka belum paham. Oleh karenanya harus diberi pemahaman yang tepat sasaran.
Pada akhirnya, Kakatu ingin membentuk sekolah yang ramah digital dengan teknologi yang ramah dan sehat. Mengapa sekolah yang ramah digital? Karena saat ini sulit melepaskan handphone dari anak untuk kemudian diajak belajar atau mengerjakan PR. Harapannya anak bisa menyelesaikannya dengan internet, baik PR maupun mencari sumber belajar.
Bagaimana Awalnya Ide Pembuatan Kakatu?
Tahun 2016, Yayasan kita dan buah hati, salah satu lembaga parenting, mengadakan riset kepada 2064 siswa SD kelas 4,5,6 tentang apa yang mereka lakukan di internet. 21% untuk belajar (seperti tutorial di youtube atau pembelajaran), 20 % bermain game, 16% untuk sosmed, 14 % nonton youtube. Kesimpulannya penggunaan internet untuk hiburan lebih banyak daripada belajar. Surprisenya di tahun 2016, 97% anak SD sudah mengakses pornografi. What?!
Foto bersama Kak Mumu (kiri) dan Pak Budi Harsono (kanan) di Festival Bonorowo Menulis |
Beberapa waktu lalu Kakatu pernah road show ke beberapa kota dari Sabang sampai Merauke tentang pornografi . Hasilnya, di beberapa SMP hampir semua siswa sudah pernah nonton pornografi sedangkan di SD, hanya 3-4 orang saja yang belum pernah nonton pornografi. Jadi meskipun kebaikannya tak dapat dipungkiri, internet juga mengenalkan hal negatif kepada siswa. Hal itu karena belum disosialisasikan ke arah hal positif. So, melalui Kakatu School anak bisa diarahkan pada internet positif.
Sebetulnya banyak yang bisa dilakukan di internet, hanya kurang diedukasikan aja ke anak-anak. Misalnya aja di tingkat SMP pelajaran TIK yang ada materi tentang internetnya. Padahal pelajaran tentang internet sangatlah penting, eh malah dihapus. Internet itu bagai dua mata pisau. Ditangan orang yang baik, pisau bisa digunakan untuk merampok bahkan membunuh, sedangkan di tangan orang baik pisau bisa digunakan untuk memotong, memasak, danΒ hal bermanfaat lainnya.
Begitu juga internet, jika ditangan orang jahat akan digunakan untuk cybercrime, nonton video porno, atau merusak generasi muda. Sedangkan ditangan orang baik atau kreatif nih internet bisa menghasilkan banyak uang bahkan menginspirasi orang. Jadi masalahnya bukan internet, bukan smartphone yang mahal, atau internetnya yang kurang kencang. Masalah utamanya adalah pola pikir yang harus diupgrade.
Berdasarkan fakta-fakta tersebut, Kak Mumu yang pernah kecanduan game dan kehilangan orang tuanya ini, membuat aplikasi Kakatu School yang dapat membatasi kecanduan gawai pada anak.
Kurikulum Digital
Kak Mumu dan timnya ingin membentuk kurikulum era digital melalui keberadaan Kakatu School. Sehingga akan ada kriteria sekolah ramah digital dan menghasilkan peraturan baru.
Saat ini, umumnya kan pihak sekolah saja yang fokus mengedukasi anak tapi sedangkan orang tua masih lepas tangan. Di sekolah dilarang pakai smartphone, di rumah orang tua kendor dan anak bebas memakai smartphone sesuka hati. Setali tiga uang donk, membuang-buang waktu saja. Nah saat menggunakan Kakatu, tak kan nada lagi orang tua yang nggak percaya saat mendapat laporan dari sekolah tentang perilaku digital anaknya.
Dibutuhkan kerjasama antara orang tua dan sekolah dalam mengenalkan internet positif kepada anak. Bahkan Kakatu punya tagline βKolaborasi Selamatkan Generasiβ lho. Makanya di aplikasi Kakatu School ada tiga satuan yaitu guru, orang tua, dan siswa. Orang tua akan mendapatkan laporan tentang perilaku anak saat menggunakan internet sehingga bisa memantau anak dan melakukan penanganan yang tepat.
Ingat Pak⦠Bu⦠Anak yang kecanduan pornografi adalah anak yang kesepian dan bosan. Yuk, jadi orang tua melek digital dan pantau kegiatan internetnya melalui Kakatu School tanpa harus mengganggu privasinya. Tidak perlu melarang anak-anak bermain game asalkan dapat dikontrol dan ada batasannya.
Marilah ikhtiar bersama, Anda yang membaca postingan saya pasti ada yang menjadi kakak maka beritahukan kepada adiknya, jika Anda orang tua maka beritahukan kepada anaknya. Jika Anda guru maka berikan edukasi kepada siswa. Jangan biarkan anak-anak atau orang terdekat kita kesepian dan bosan sehingga menjadikan game dan pornografi sebagai pelarian.
28 Komentar. Leave new
Bener banget mbak, jangan pernah jadi kakak dan orang tua gaptek. Jika kita gaptek, maka bisa jadi anak-anak melarikan diri ke game dan kegiatan lain yang merugikan diri sendiri… ^^
Hehehe, iya mbak benar sekali
Aplikasi baru lagi yang aku tahu, wahhh makasih ya bun, jadi tahu banyak nih soal Kakatu.
Sama-sama bunda
Keren niy ada Kakatu School ya, yang jelas sangat membantu banget komunikasi anatara guru, murid dan ortu yaa,
Iya teh, biar gak miskomunikasi
Bagus nih kalau internet bisa dimanfaatkan untuk hal-hal baik macam ini π Salut!
Iya mbak, memang kalau diarahkan bisa untuk hal positif
Aku tertarik mbak π
Ok meluncur ke website, mau baca2 dulu ya. Thanks mbak.
Sama-sama mbak cantik
Terimakasih sharingnya mbak.
langsung meluncur nih ke webnya kakatu
Yuk langsung diinstal juga mbak
Wow Kakatu bermanfaat banget nih untuk mengedukasi anak mengenai internet sehat. Saya meluncur ke web nya dulu ah..
Instal yang parenting kontrol juga mbak,bagus
Wuih keren aplikasinya
Mau intip2 ah ke websitenya
Semoga aplikasinya bisa membantu menjembatani missing link antara ortu dan anak
Amiin
kasian anaknya kl ortunya gaptek, bisa lebih pinter anaknya tapi ortunya ngeyel. #eh
hahaha, pengalaman ya mbak?
satu lagi aplikasi keren lahir…kakatu school…kepoin ahhhh
Yuk langsung Instal mbak
wah kakatu membantu banget ya mbak
iya mbak
Benar sekali mbak, memang harus diedukasi sejak dini tentang sex
Jadi keinget pemerointah jg lg mencanangkan gerakan siberkreasi, hampir2 mirip sih sbg upaya anak2 berinternet positif. Mungkin jg apliaksi ini bisa mendukung usaha pemerintah jg yaaaa
siip Maak kereen π
makasih Ummi
Setuju, era tech kaya gini akan susah kalau jadi ortu yang gaptek. Nanti gabisa keep up sama dunianya anak-anak. Makasi infonya, Mba.
sama-sama momGes