Masyarakat yang tinggal di dekat hutan dan bentang alam berbasis pohon memiliki diet lebih baik dibanding masyarakat lain, terlepas dari kondisi kemiskinan – Sunderland (CIFOR)
bundadzakiyyah.com – Beberapa bulan lalu saat saya pergi ke Pantai Gatra bersama keluarga, kami melewati hutan belantara. Teman-teman bisa baca cerita saya di Ekowisata ke Pantai Gatra.
Tahu nggak apa yang saya pikirkan?
Pantas saja masyarakat desa yang bermukim dekat hutan banyak yang mengadu nasib ke luar negeri untuk menjadi TKW. Sebab kalau musim kemarau hutan pada kering dan susah untuk ditanami sedangkan sumber pangan mereka juga dari hutan, kan?
Ya, sumber pangan dari hutan sangat bermanfaat untuk masyarakat desa. Buat kita yang tinggal di kota, mungkin singkong dan ubi rambat hanyalah cemilan dikala hujan. Tapi bagi warga sekitar hutan adalah makanan pokok, terutama mereka yang berada di pedalaman.
Nenek saya pernah cerita, dulu saat masih kecil dan tinggal di pegunungan beliau setiap hari makan gaplek, tiwul, sayur-sayuran liar seperti daun singkong, daun labu siam, pakis, rebung, dan tumbuhan lain yang ada di sekitar hutan. Nenek diajak ke pasar oleh ibunya sebulan sekali karena memang pasarnya buka di hari tertentu saja.
Terbayang kan betapa hutan menjadi sumber pangan bagi masyarakat desa selain membantu menjernihkan air, menyokong ternak gembala, penyuplai kayu, serta penyedia obat alami . Namun, sayangnya fungsi hutan telah banyak mengalami pengalihan seperti hutan sawit sehingga masyarakat memiliki daya beli lebih tinggi terhadap makanan.
Akibatnya, proses mengumpulkan dan menumbuhkan makanan dari hutan semakin berkurang. Padahal hutan menyimpan banyak nutrisi yang berperan penting bagi masyarakat.
Kita semua tahu jika pohon di hutan berperan penting dalam membantu seluruh makhluk hidup untuk bernafas. Malah lebih dari itu, hutan memberikan banyak manfaat kepada kita dan salah satunya adalah sebagai sumber pangan. Jika kita perhatikan, di hutan ada rebung bambu yang memiliki banyak serat, pakis sebagai sumber karbohidrat, dan aneka buah-buahan yang mengandung vitamin dan mineral.
Dilansir dari Kabar Hutan, penelitian Sunderland di Center for International Forestry Research (CIFOR) menyatakan bahwa masyarakat yang tinggal di dekat hutan dan bentang alam berbasis pohon memiliki diet lebih baik dibanding masyarakat lain, terlepas dari kondisi kemiskinan.
Hal ini berarti sayuran liar, siput, sejumlah sumber mikro-nutrisi dan protein yang dikonsumsi masyarakat tersebut memberikan nutrisi dan bukan sekedar kalori. Mungkin, inilah alasan pada zaman nenek saya masih
tinggal di desa jarang sekali ditemui insiden cacat tumbuh ataupun stunting. Sebab masyarakat desa memanfaatkan nutrisi sumber pangan dari hutan dan secara tidak langsung melakukan diet sehat.
Sumber pangan dari hutan ini ada banyak. Berdasarkan data dari Jurnal Sosek yang ditulis oleh Indah Bangsawan, sedikitnya dari hutan terdapat 77 jenis bahan pangan sumber karbohidrat, 26 jenis kacang-kacangan, 389 jenis biji-bijian dan buah-buahan, 288 jenis sayur-sayuran, 110 jenis rempah-rempah dan bumbu-bumbuan, 75 jenis minyak dan lemak, 40 jenis bahan minuman, serta 1.260 jenis tanaman obat.
Nah, melalui aneka jenis tanaman pangan dari hutan tersebutlah masyarakat dapat menggantungkan sebagian kebutuhan hidupnya. Di Indonesia, beberapa contoh sumber pangan dari hutan adalah talas, ganyong, garut, singkong, ubi jalar, sagu, kacang tanah, selada air, kembang turi, murbei, daun mete, dan masih banyak lagi.
Jenis-jenis Tanaman Pangan dari Hutan
Tanaman dengan nama latin manihot utilissima ini adalah sumber pangan dari hutan yang sehat dan kaya manfaat. Nutrisi utama yang terkandung di dalamnya berupa karbohidrat sebesar 98% dan sisanya adalah protein serta lemak. Oleh karenanya banyak yang menggunakan singkong sebagai makanan utama pengganti nasi.
Menurut saya, singkong adalah tanaman yang unik karena hanya dengan memotong batangnya kita sudah bisa menanamnya. Pun tidak perlu bingung jika sedang musim kemarau karena singkong bisa ditanam dalam segala musim.
Ya, begitulah singkong yang bisa hidup dimana saja tanpa ribet. Cocok sekali jika dijadikan sebuah filosofi, yaitu jadilah seperti singkong yang bisa bermanfaat dimanapun kamu berada. Meskipun bisa menjulang setinggi apapun tapi tetap bermanfaat hingga ke akar.
Teman-teman suka makan singkong rebus atau kukus? Sama, saya juga karena singkong matang mengandung zat besi, vitamin C, dan niacin. Lebih tepatnya 100g singkong mengandung kalori 121 kal, air 62,50 gram, fosfor 40,00 gram, karbohidrat 34,00 gram, kalsium 33,00 miligram, vitamin C 30,00 miligram, protein 1,20 gram, dan besi 0,70 miligram (wikipedia).
Meskipun bisa dimakan mentah, pastikan tidak memakan singkong yang telah teroksidasi karena singkong akan mengandung asam sianida. Rasa singkong yang awalnya manis akan berubah menjadi pahit dengan ciri-ciri terdapat bercak biru pada singkong.
Selain umbinya, singkong juga dimanfaatkan daunnya karena kaya akan serat, karbohidrat, dan protein. Sedangkan zat gizi mikro yang terkandung dalam daun singkong adalah vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi, kalium, tembaga, seng, magnesium, dan mangan. Daun singkong juga mengandung beta karoten dan asam amino esensial seperti valin, leusin, lisin, isoleusin, dan arginin.
Singkong adalah tanaman yang mudah ditemukan dimana saja dan harganya juga murah. Oleh karenanya beragam jajanan pasar yang unik dan lezat tersebar di berbagai kota. Pernah saya kepo dan bertanya kepada teman-teman di media sosial, ternyata singkong dapat diolah menjadi bermacam-macam makanan.
Makanan Tradisional dari Singkong, Favorit Saya Sejak Kecil
Sebenarnya ada banyak olahan singkong kekinian selain jajanan tradisional. Seperti singkong Thailand, brownies singkong, singkong croissant, dan masih banyak lagi. Tapi saya lebih suka jajanan tradisional karena ketika memakannya saya selalu teringat masa kecil. Iya, dulu pas kecil saya sering ikut ibu ke pasar dan selalu dibelikan jajanan tradisional. Hal itu mengingatkan saya pada ibu dan kasih sayangnya.
Saya sangat bersyukur karena tinggal di desa dan jajanan tradisional berbahan dasar singkong ini masih eksis. Tidak seperti di kota yang sudah jarang, kalaupun ada harganya cenderung mahal. Kebetulan anak-anak pun suka dengan jajanan tradisional seperti tiwul, gatot, dan gethuk lindri.
Sayang sekali jika jajanan tradisional yang bernutrisi dan kaya manfaat seperti singkong harus tersingkir dari pasaran. Setidaknya dengan mengenalkannya kepada anak-anak, saya bisa menjaga kearifan budaya nenek moyang dan tidak melupakan sejarah. Saya juga bisa memberikan alternatif makanan yang lebih sehat tanpa pengawet dan MSG yang tentunya lebih sehat.
Tiwul adalah jajanan berbahan dasar singkong yang merupakan makanan khas Gunung Kidul. Meski begitu kandungan kalori tiwul lebih rendah daripada beras. Dahulu, tiwul adalah makanan pokok pada zaman penjajahan Jepang dulu. Tapi sekarang tiwul sudah bisa didapatkan dengan mudah bahkan ada yang instan.
Jajanan tradisional lain berbahan dasar singkong adalah gatot. Berasal dari gunung kidul, gatot memiliki rasa yang manis dan gurih. Konon, gatot adalah kepanjangan dari “gagal total” yang artinya makanan ini dibuat dari gaplek atau singkong yang dikeringkan karena gagal panen.
Gethuk lindri adalah jajanan dari singkong favorit anak-anak. Jajanan ini dibuat dengan cara mengukus singkong yang telah dikupas, lalu dihaluskan dan diberi pemanis gula dan pewarna makanan. Untuk penghidangan biasanya ditaburi dengan parutan kelapa.
Kesimpulan
Memang benar jika saat ini kita bisa makan enak, makan apapun dengan mudah. Tapi bagaimana dengan saudara-saudara kita yang ada di desa dan pedalaman? Bagaimana dengan mereka yang tinggal di wilayah hutan dan jauh dari perkotaan?
Setidaknya saya berterima kasih kepada warga sekitar hutan karena pepohonan di hutan berperan penting bagi sumber pangan dan nutrisi. Jika tidak ada masyarakat sekitar hutan yang melestarikan dan memanfaatkan hasil hutan, siapa lagi?
Cara sederhana yang bisa saya lakukan adalah bertanam di kebun belakang rumah. Salah satunya menanam singkong yang memang mudah sekali dan banyak manfaatnya. Secara tidak langsung, bertanam dapat menghubungkan kita dengan alam sekitar. Saya sadar jika alam memiliki peran penting dalam kelangsungan ekosistem dan siklus hidup manusia.
Selain itu kita juga bisa menjadi bagian dari WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) yaitu organisasi lingkungan hidup independen dan non-profit terbesar di Indonesia. Caranya dengan mendonasikan sebagian rizki kita dalam program-program yang terkait dengan permasalahan lingkungan.
Siapa lagi yang akan peduli dengan kekayaan hutan Indonesia jika bukan kita? Dan kapan lagi jika bukan sekarang?
Malang, 4 Februari 2020
Salam hangat,
Eni Rahayu
https://forestsnews.cifor.org/50557/hutan-sebagai-sumber-pangan?fnl=id
https://krjogja.com/web/news/read/46888/Potensi_Hutan_Tanaman_Pangan
https://www.forda-mof.org/files/Jurnal_Sosek_9-4-2012-2.Indah_Bangsawan_n_Hariyatno.pdf
Wikipedia
45 Komentar. Leave new
Manfaat singkong: menurunkan berat badan. Bener. Singkong rebus yang dibalur dengan gula rendah kalori itu bisa jadi cemilan bagi yang sedang menurunkan berat badan
iyes mbak, cocok buat yang pengen diet ya
Gagal fokus sama tampilan blognya yang sumber kece badai hahaha
Btw, aku suka getuk lindri, mbak. Tapi sekarang emang udah jarang banget orang jualan jajanan pasar tradisional begini, padahal enak banget, loh.
iya mbak, sayang banget ya udah jarang yang jualan. Etapi kalau di kota Malang mah ada gerai Gethuk Lindri yang udah modern lho namanya Oh My Gethuk
Kalo di daerah saya singkong disebut juga ubi kayu.. Kalo saya sendiri singkong lebih suka direbus aja trus makannya pakai ikan asin atau gula merah..
Eh saya baru tahu nih kalau singkong biasa dimakan dengan ikan asin, hehehe
Banyak sekali makanan yang bisa dibuat dari bahan dasar singkong ya mbak.. Sy sendiri juga sukaa makan timus, nih…semakin ke sini juga semakin banyak inovasi baru 🙂
Iya mbak, nama di tiap daerah beda-beda sih ya, aslinya juga hampir mirip-mirip
Aku juga sering makan singkong mbak. Kadang digoreng doang udah enak. Kalau yg bentuk tiwul dkk pas di jogja sering makan
iya nih kalau di jogaja banyak ya makanan tradisional
Kubaru tahu ternyata singkong juga berasal dari hutan, ya. 🤭🤭 Dan makanan tradisionalnya tampak enak semua. Hutan kasih semua. ❤️
Aslinya dari hutan, tapi sekarang kan sudah banyak juga di pedesaan yang menanam
Tiwul, gethuk lindri, ubi, singkong… camilan favorit sambil ngeteh yang sekarang sulit ditemukan. Apalagi kalau tinggal di perkotaan. Anak zaman now taunya hanya bakery dan cake di mol. Pantesan orang zaman dulu usianya awet-awet. Karena makanannya mengandung gizi tinggi dan menyehatkan. Non-MSG.
Sedihnya hutan di Indonesia ini semakin berkurang. Padahal semasa kecil kalau pelajaran SD selalu digaungkan Indonesia tuh zamrud khatulistiwa karena kalau dilihat dari angkasa gambarnya hijaaaauuu. Sekarang?
Entah..
iya nih, hutan udah mulai berkurang.
Makanya aku kenalin nih makanan tradisional ke anak-anak agar mereka tahu dan suka
Saya suka singkong goreng hehe, enak rasanya kalau lagi hujan. Semoga panganan satu ini nggak cepat punah karena paling gampang dicari dan murah.
Iya mbak, bapakku juga paling suka singkong goreng. makanya aku suka menanamnya karena orang-orang di rumah pada suka singkong
Singkong ini salah satu bahan makanan kesukaan saya, mbak. Kalau di Makassar disebut ubi kayu.
Singkong ini bisa diolah apa saja. Dari hanya direbus, dikukus, digorejg, dikolak, singkong keju, getuk dan lainnya. Dan saya suka semua olahan singkong.
Makanya agar bisa terus kenikmati singkong, hutan pun harus dijaga ya, Mbak.
Iya pak, meskipun singkong bisa ditanam dimanapun tapi kan melalui hutan singkong bisa tetap lestari
Aku suka getuuuuuk. Sering beli di pasar, trus ada klenyem, sama suka banget singkong rebus dikasih gula merah cair.
Banyak banget ya favoritnya sngkong direbus pakai gula
singkong juga termasuk pengganti nasi paling efektif ya bund. Kaya nutrisi dengan karbohidrat rendah dan baik untuk menunjang kesehatan tubuh.
iya cocok banget untuk yang pengen langsing, hehe
Singkong kalau di tempat saya, Kebumen, namanya budin. Nanem juga di pekarangan rumah
wah baru tahu deh saya nama budin
Aku suka banget singkong dan olahannya, tp ngupasnya muaales bgt. Jadi lebih praktis beli yg udah diolah, hihihi
padahal ngupasnya gampang banget. Apa karena saya udah terbiasa ya? hehe
Singkong ini banyak banget bisa menghasilkan makanan yang lezat yah. Sumber pangan lainnya tentu banyak dari hutan makanya masyarakat di sekitar pun bisa ambil manfaatnya. Aku paling suka memang yang madu,singkong dan kacang-kacangan.
iya mbak, banyak sekali produk hutan yang bisa dimanfaatkan
Membaca ini jadi inget masa kecilku pernah ke hutan gitu dan waaaah indah banget dan banyak tanaman yg bisa dimakan tentunya terus sehat kan karena di daratan tinggi, kalau di sekitar rumahku jg mengolah dr alam tp dari kebun sih kak spt singkong atau umbi2an
enak ya kalau bisa menanam singkong dan umbi di kebun, lumayan lah bisa dipanen
Gethuk, gator, tiwul.. makanan favorit semua tuh.. sayang udah mulai susah nyari yang pas di lidah.
Ternyata ssingkong Punya banyak manfaat dan sumber gizi yang melimpah ya.
iya mbak
makana olahan dari singkong sekarang sdh sangat bervariasi , potensi untuk mengembangakn tanaman singkong ini
CIFOR, saya auto jadi ingat momen 2005 saat tergabung di salah satu project dengan ICRAF dan ‘diperam” di CIFOR selama seminggu.
Tentang singkong, memang menjadi salah satu sumber karbohidrat andalan di daerah-daerah. Hanya saja, singkong termasuk yang “rakus” dalam menyerap hara tanah, sehingga mudah membuat tanah menjadi miskin. Untungnya, di daerah penghasil singkong, status hara tanahnya relatif masih cukup dan ada banyak asupan bahan organik dari alam.
aku seneng tiwul mbak. favorit banget. yuk kapan ngono loh, kopdaran ambek maem tiwul. wkwkwk… btw blognya kereeeeeeeeeennnn…. sukaaa
Singkong ini jika di olah menjadi lebih variasi makanannya pasti enak banget bisa jadi makanan pokok, makanan sampingan atau untuk jadi sarapan.. Yupp pasti singkong banyak manfaatnya karena dari kecil saya sangat suka
Alhamdulillah, saya sekarang tinggal di desa di wilayah Jogja. Makanan² tradisional macam tiwul, gatot, gethuk masih ada semua di pasar tradisional.
Saya juga selalu belajar dari orang² dlu mbak klo soal makanan & kehidupan. Mereka gak macem² tapi punya banyak filosofi sederhana yg kekal abadi di segala zaman.
Aduh jadi pengen nanam singkong. Terimakasih infonya
Saya paling suka nih sama olahan Singkong, sesederhana Singkong rebus yag dimakannya dicocol di lelehan Gula Aren. Mantap banget lah pokoknya. Kalau Daun Singkong, enaknya dijadikan sayur yang ada santannya itu lho. Duh, namanya nggak pernah eungeuh, tapi kalo nemu pas lagi jalan ke warung makan, bikin happy banget.
Singkong memiliki tempat tersendiri buatku karena dulu saat masih kecil keluargaku berjualan gethuk lindri dari singkong. Aku melihat proses pengolahannya hingga ikut mengantar ke warung-warung. Singkong tidak hanya sumber pangan tapi juga jadi sumber rezeki bagi keluargaku.
Kalau di desaku, Singkong bahasa lokalnya Budin. Saya, sebagai Anak Desa sudah tidak asing lagi dengan Singkong. Bahkan, di belakang rumah saya nanam Singkong. Seringnya, jika hujan waktu sore, Singkong digoreng lalu disantap dengan ditemani secangkir kopi.
Etapi, baca postingan ini, malah baru tau begitu banyak manfaat dari singkong.
Trimakasih Mba? Salam…
Saya juga suka singkong a.k.a ubi lho Mbak. Gak hanya direbus atau digoreng saja, tapi ubi juga enak apalagi kalau udah dibuat jadi bolu tape. Nyaamm nyaammm.
Ternyata ubi eh singkong banyak banget ya manfaatnya.
iya mbak, sayang kalau gak suka singkong ya, hehe
Mantap ya ternyat kandungan gizi singkong ini..murah tapi sehat banget
Ada tetangga yang diet nasi dan mengganti dengan singkong. Sekarang hidupnya jadi lebih sehat.