Pasangan mana sih yang tidak ingin bahagia? Setiap pasangan pasti ingin hidup tenang bersama tanpa ada perselisihan sedikitpun, kalau bisa sih sampai ajal menjemput. Namun apa daya jika baru menikah saja pasutri sudah pisah ranjang? Apa kata tetangga atau orang tua melihat pengantin baru yang tiba-tiba pulang ke rumah orang tua masing-masing, padahal baru saja menikah.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perselisihan pengantin baru, bisa masalah pribadi atau ada hubungannya dengan keluarga. Bukankah menikah itu tidak hanya menyatukan dua pribadi yang berbeda, tapi juga dua keluarga. Berikut beberapa alasan yang menyebabkan pengantin baru mengalami perselisihan (mau bilang pertengkaran, terlalu ekstrim).
1. Menikah di Usia Labil
Kedewasaan seseorang tidak ditentukan oleh umur. Ada orang berumur 18 tahun tapi dia sudah dewasa dalam hal pemikiran, namun ada orang yang berumur 30 tahun tapi berfikirnya masih kekanak-kanakan. Nah, jika ada pengantin baru yang menikah di usia muda dan sama-sama kurang dewasa dalam berpikir, siap-siap saja sering terlibat perselisihan. Mengapa? Selain emosi masih labil, pasangan yang belum dewasa dalam berpikir saling mempertahankan egonya.
2. Belum Siap dalam Hal Keuangan
Keuangan adalah hal sensitif untuk dibahas, terutama dalam berumah tangga. Banyak pasangan yang akhirnya kandas di tengah jalan karena terkendala keuangan. Entah kekurangan uang ataupun kelebihan uang, hehehe. Kalau kekurangan uang terus cerai sih banyak ya, emangnya ada pasangan yang kelebihan uang juga broken? Ada dong, itu kelebihan uangnya gak berkah, bisa saja karena suami menikah lagi atau uang didapat dari korupsi. Naudzubillah…
Nah, bagi pengantin baru yang belum siap dalam hal keuangan biasanya akan menghadapi permasalahan dalam babak kehidupan barunya. Apalagi jika pasangan tidak saling memahami dan memiliki gaya hidup mewah, padahal kekurangan. Sang istri ingin dicukupi segala kebutuhannya tanpa memandang pekerjaan suami yang pas-pasan. Jika suami kurang tegas maka perselisihan bisa terjadi dan berakibat perceraian.
3. Banyak Tuntutan
Namanya juga baru menikah, baru saja hidup bersama pasangan. Jika biasanya bangun tidur hanya ada guling, setelah menikah akan ada seseorang yang memelukmu. Jika biasanya kentutmu tak ada yang mendengar, setelah menikah kalian akan berbagi aroma kentut tanpa saling protes.
Lalu, saat harapan tak sesuai dengan kenyataan, apa yang akan terjadi? Harapannya sih suami selalu rapi dan tampan saat ke kondangan, eh malah dandanan kasual dan pakai sandal jepit. Harapannya sih istri selalu tampil wangi dan jelita bak bidadari khayangan, eh di rumah tiap hari pakai “seragam kebesaran” alias daster, dan masih banyak harapan-harapan lain yang jauh dari kenyataan.
Berbagai macam tuntutan inilah yang dapat menyebabkan perselisihan pengantin baru. Meskipun sebelum menikah merasa kayak Masha and Miskha yang saling pengertian (bear selalu paham keinginan Masha, dan sebaliknya) tapi setelah menikah malah sebaliknya.
4. Kurang Dukungan Orang Tua
Sebagai pasangan baru, apalagi jika pasutri tidak saling kenal (tidak melalui masa pacaran), membutuhkan banyak dukungan dalam segala hal. Apabila keluarga dekat tidak mendukung, maka pengantin bru harus berjuang dalam mengarungi rumah tangganya sendirian. Huft.. Padahal awal membangun bahtera rumah tangga itu tidaklah semudah yang dibayangkan.
Oleh karenanya, tak jarang pasangan baru yang kurang dukungan dari orang tua mengalami permasalahan bahkan sampai cerai (naudzubillah), tapi banyak juga sih yang bertahan hingga dapat merebut kembali hati orang tua (rebutan sama siapa coba?). Seiring berjalannya waktu biasanya orang tua rela dan memberikan dukungan penuh, apalagi setelah melihat lucunya cucu-cucu yang lucu dan persis kakek-neneknya.
5. Kejujuran
Jujur adalah sikap tauladan nabi Muhammad SWA, karena tauladan sudah pasti bermanfaat bagi setiap orang yang meneladaninya. Bagi pasutri yang baru menikah, jujur juga wajib dimiliki. Apa pasal? Dalam awal berumah tangga, kejujuran sangat diperlukan apalagi ini adalah pertama kali tinggal bersama seseorang yang dikenal setelah dewasa.
Bahkan meskipun (jika ternyata) pasangan kita adalah seseorang yang telah dikenal sejak kecil, tetap saja dibutuhkan kejujuran dalam membangun rumah tangga yang harmonis.Pasutri yang tidak saling jujur akan menimbulkan perseteruan atau perselisihan yang hebat. Makanya, jujur kepada pasangan sangat penting karena kunci suksesmembangun rumah tangga, salah satunya adalah melalui saling percaya yang dibangun diatas kejujuran.
Cara Menyelesaikannya?
Sebenarnya tidak perlu khawatir jika pengantin baru mengalami beberapa permasalahan yang telah saya sebutkan. Pengantin baru juga manusia yang harus mengalami proses adaptasi karena bertemu dengan orang-orang baru. Apalagi tinggal bersama pasangan baru yang akan hidup selamanya dan berharap hanya maut yang memisahkan. Uhuk 😜
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman saya, saat menghadapi permasalahan rumah tangga ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut.
1. Introspeksi Diri
Hal pertama yang perlu dilakukan jika pengantin baru mengalami permasalahan adalah introspeksi diri. Kenapa? Karena dengan mengoreksi diri sendiri maka orang akan dapat menurunkan egonya. Jika pasangan baru masih berpegang teguh pada pendirian dan egonya maka permasalahan akan sulit diselesaikan. Introspeksi bukan berarti menyalahkan diri sendiri tapi menyadari kekurangan dalam diri, manusia mana sih yang tanpa kekurangan?
2. Stop Menyelesaikan Masalah Melalui Sosmed
Beberapa waktu lalu, saat orang terdekat saya punya masalah dengan pasangannya, mereka memilih saling diam dan menyelesaikannya melalui dunia maya. Oh My God, saya nggak habis pikir, bisa-bisanya mereka – yang katanya saling mencintai – betah untuk tidak menyapa. Saya aja tinggal berjauhan satu hari rasanya udah tahunan (ceileeee…).
Lalu apa yang terjadi dengan saudara saya? Mereka pisah ranjang, padahal baru menikah dan belum ada satu tahun. Udah gitu si istri sedang hamil. Astaghfirullah…
Mereka yang lagi problem memilih tinggal di rumah orang tua masing-masing. Saat bertengkar mereka saling caci maki di sosmed (untung gak sampai dishare, hiiiii). Pas saya baca BBM dan WA mereka, ya ampuuun udah kayak perang Irak-Iran aja. Kenapa bisa tambah parah? Karena setiap orang berbeda dalam mengintepretasikan tulisan. Isi tulisannya gak marah-marah, tapi yang baca pas emosi, ya tetep aja tulisannya diartikan sedang marah.
Alhamdulillah saya berhasil menjadi mediator sehingga mereka bisa baikan lagi.
Sejak saat itu saya selalu was-was, jangan sampai permasalahan rumah tangga (apapun sih sebenarnya, gak cuman masalah RT) diselesaikan melalui sosmed, yakin deh, bukan selesaikan masalah tapi malah memperparah.
3. Segera Lebih Baik Segera selesaikan masalah sekecil apapun itu
Misalnya suami gak mau makan masakan istri, eh istri ngambek. Terus itu dianggap hal sepele oleh suami dan dibiarkan begitu saja. Stop cuek, selesaikan dulu, minimal suami minta maaf sehingga istri yang capek-capek masak merasa lega hatinya. Coba kalau masalah kecil ini dibiarkan dan berlarut, bisa jadi istri memendam amarahnya dan bagaikan bom waktu akan meledak kapan saja (jika masalah yang lebih besar datang).
Jadi… jangan pernah menganggap sepele masalah rumah tangga sekecil apapun. Segera selesaikan agar tidak menumpuk masalah baru.
4. Usahakan Orang Tua Tidak Tahu
Jika ada masalah yang dialami pengantin baru, lebih baik jika orang tua tidak mengetahui. Namanya sudah berumah tangga, berarti sudah
harus mandiri, malu donk kalau sampai orang tua terlibat. Begitu juga dengan orang tua pasangan, sebisa mungkin untuk menghindari campur tangan rumah tangga anaknya, apalagi sampai ikut-ikutan membuka dan membaca isi hape, bisa berabe.
Curhat sih boleh, tapi usahakan dulu untuk menyelesaikan berdua dengan pasangan. Jika ternyata kesulitan barulah libatkan orang tua atau saudara dekat. Jadi berusaha dulu ya, jangan dikit-dikit ngadu ke orang tua. Kayak anak kecil ajah, hahaha.
6. Selesaikan dengan Kepala Dingin
Penting sekali menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar tidak timbul masalah baru. Saat terlalu emosi, lebih baik diam dulu dan menjauh dari sumber masalah tapi jangan terlalu lama. Sebagai muslim boleh lah ambil wudhu dan sholat sunah. Barulah jika kepala sudah dingin, hati agak lunak selesaikan masalah dengan hati-hati. Menyelesaikan masalah saat hati dongkol akan menghasilkan keputusan yang membuat Anda menyesal. Percayalah!
7. Perbanyak Istighfar
Kembalikan semua pada Allah SWT, jika permasalahan tak kunjung selesai atau sulit diselesaikan. Hanya Allah yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana dalam membuat keputusan. Mungkin kita menginginkan sesuatu yang terbaik, tapi Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Perbanyak istighfar untuk mengingat Allah. Yakinkah diri bahwa segala yang terjadi adalah kehendakNya dan tak lepas dari skenarioNya.
Itulah lima permasalahan yang biasanya terjadi pada pengantin baru dan tips menyelesaikannya. Semoga bermanfaat. Kalau Anda, pernahkan memiliki permasalahan yang sulit diselesaikan?Biasanya apa yang kalian lakukan? Yuk,sharing dikomentar! Terima kasih
15 Komentar. Leave new
Kalau saya, masalah di awal menikah adalah adaptasi dengan pasangan. Saya sering mengeluh pada ibu jadi makin runyam. Kok, rasanya saya nggak percaya pada suami. Padahal suami tidak merasa ada masalah. Dari situ saya belajar untuk menyelesaikan masalah rumah tangga tanpa melibatkan campur tangan orang tua.
makasih sharingnya, segala sesuatu bisa dikomunikasikan
Puji Tuhan selama 8 tahun menikah nggak pernah ada masalah yang nggak bisa dihadapi. Ada yang berat sih kadang, tapi so far (dan hopefully seterusnya) kita masih kompak bahu membahu, bokong membokong, menghadapi. Intinya komunikasi dan menyadari bahwa pasangan adalah manusia juga, yang tentunya punya kekurangan. Get married and life happily ever after itu cuma ada di dongeng. Kalo mau beneran happy ever after, yo di surga. hahahahahaha….. Yang bener, kehidupan melajang dan kehidupan pernikahan memiliki kenikmatan dan tantangannya sendiri-sendiri.
Terima kasih sharenya, Teh..
Ini pelajaran sekaligus ilmu buatku pribadi. Karena aku belum nikah, jadi banyak-banyaklah belajar untuk menghadapi permasalahan disaat nikah nanti 🙂
Noted buat referensi tentang pernikahan. Thank youuu sharingnya Mbak Eniii
Kalau saya dan suami karena selalu tinggal jauh dari orang tua jadi nggak pernah melibatkan orang tua. Juga nggak perang di sosmed secara pak suami nggak aktif di sosmed hihihi..
Paling kalau lagi berantem ya diem dulu, tapi tetap normal, makan bareng sama anak-anak dll..setelah kepala dingin baru lanjutin perang eh diskusinya…
Btw, nice sharing Mbak 🙂
Saya nikah saat suami baru diterima kerja. Gajinya waktu itu nggak ada sejuta. Alhamdulillah hal itu tidak mengurangi kebahagiaan kami hingga sekarang. Thanks for sharing Mbak
pernikahan itu gak mudah shg perlu persiapan mental yang matang dan persiapan ekonominya ya
Masalah di awal pernikahan memang lumayan menguras energi dan pikiran. Kalau tidak disikapi dengan positif dan sabar bisa jadi kebablasan. Masalah ini pun biasanua muncul lagi selama 5 tahun pertama pernikahan. Dan setelah 10 tahun pertama, permasalahan jauh lebih kompleks lagi. Manusia memang hidup dengan masalah, kan. Karena itu ujian hidup kuta.
Betul banget, tp sebaiknya orangtua memberikan pendidikan ke anak2nya stlh dewasa apa2 yg harus dipersiapkan menuju kedewasaan mental & ekonomi. Namun sayangnya banyak orangtua yg membuat anak2nya tergantung kpdnya secara ekonomi & tetap bergantung stlh anaknya hidup berumah tangga.
Setuju banget sama tulisan ini. Yang paling penting sih instropeksi dan komunikasi terus ya mbak agar pernikahan bisa selalu awet
Makasih mba Eni, bisa buat Saya nanti kalo menikah. Sama bisa buat panduan buat yang sudah atau baru nikah.
Sip, tinggal prakteknya saja 😀
Pernikahanku yg pertama kandas krn masing2 dr kita masih sangat egois.. Aku egois ttp melanjutkan kuliah di luarnegri, dan mantan suami egois mengizinkan di awal, tp ternyata merasa keberatan dan akhirnya cari pelarian. So kita cerai.. Yg kedua, aku belajar dr masalah pertama. Untungnya umur kita kali ini udh sama2 dewasa.. Kalo berantem, kita juga bukan tipe yg suka obral di medsos, tp trutama, anak2 dan ortu ga boleh tau kalo kita sdg ribut. Untungnya paling lama berantem sih cm 3 harian.. Trs masing2 malah rebutan ngalah supaya bisa ngobrol lagi hahahaha
masalah menjadi runyam kalau tidak bisa saling menyelesaikan, sepakat dengan "Stop Menyelesaikan Masalah Melalui Sosmed".