bundadzakiyyah.com – Pernah enggak teman-teman menjumpai orang-orang dengan keterbatasan fisik yang sedang bekerja? Saya sering banget, seperti tunadaksa yang menjadi juru parkir, tunanetra yang menjadi tukang pijit, ataupun tunadaksa yang menjadi guru. Pikiran saya hanya satu, mereka sangat luar biasa.Dibalik kekurangannya, kaum disabilitas memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Benar sekali jika kemudian Allah SWT memberikan cobaan sesuai kemampuan hambanya. Jika saya jadi mereka, beneran deh kayaknya saya enggak akan sanggup.
Lalu, sebenarnya kaum disabilitas itu siapa sih? Bagaimana mereka memperoleh pendidikan?
Mengenal Anak Disabilitas
Apakah ada pembaca yang juga belum mengenal istilah disabilitas? Ya, istilah ini memang jarang digunakan terutama oleh orang awam. Kebanyakan orang menyebut kaum disabilitas dengan sebutan penyandang cacat.
Astaghfirullah, padahal kan di hadapan Tuhan kita semua adalah sama-sama makhluk ciptaannya. Oleh karenanya lebih baik mulai menggunakan istilah disabilitas agar lebih sopan.
Menurut Wikipedia, disabilitas (disability) adalah seseorang yang belum mampu berakomodasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga menyebabkan disabilitas.
Setelah tanya kesana-kemari dengan teman-teman yang pernah bergelut di dunia anak berkebutuhan khusus, saya menyimpulkan jika anak disabilitas adalah anak yang mengalami gangguan atau hambatan pada fisik, sosial, emosi, atau bahasanya. Bisa dikatakan jika anak disabilitas memiliki hambatan permanen seperti tuna daksa, tunanetra, atau tuna wicara.
Baca juga; Tantangan Pendekar Anak
Dulu, ketika saya menjalankan PPL (Program Pengalaman Lapangan) di sebuah SD inklusi, saya mendapati seorang anak di kelas satu yang sering keluar kelas. Sebelumnya saya tidak tahu jika dia adalah anak autis yang sering keluar kelas untuk bermain sendiri di depan kelasnya. Saat itu adalah kali pertama saya mengenal sekolah inklusi.
Sekolah inklusi adalah sekolah yang juga menerima anak berkebutuhan khusus. Di sekolah inklusi, anak disabilita mendapat fasiitas yang sama dengan anak sekolah pada umumnya. Namun biasanya di sekolah inklusi akan disediakan guru pendamping untuk menangani anak berkebutuhan khusus ini.
Banyak Orang Tidak Mau Tahu
Maaf jika saya berkata bahwa masih banyak orang yang tidak mau mengetahui tentang anak berkebutuhan khusus atau disabilitas ini. Bukan hanya masyarakat tapi juga orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Biasanya mereka tidak mau anaknya dianggap berbeda dengan anak normal lainnya. Para orang tua ini beranggapan jika anaknya mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
Sayangnya, masyarakat pun jarang yang mau mencari informasi tentang anak disabilitas. Kebanyakan orang berpikir jika anak disabilitas adalah berbeda, itu saja.
Saat masih mengajar, saya mendapati siswa yang tidak bisa mengenali huruf dengan baik, padahal sudah SMP kelas tiga. Baru saya tahu kalau dia mengalami disleksia, setelah dia lulus. Guru-guru lainnya hanya menganggap kalau dia anak bodoh atau terbelakang mental. Astaghfirulah.
Baca juga: Tiga Kata Ajaib untuk Anak
Hari demi hari dijalani oleh siswa saya yang disleksia dengan bully-an. Pengetahuan minim dari para guru tidak bisa mencegah siswa lainnya untuk melakukan bullying kepadanya. Akhirnya siswa itu diluluskan paksa agar tidak menghambat kinerja sekolah. Huhuhu. Menyedihkan ya.
Pernah juga suatu ketika saya menghadiri perayaan hari syndrome down sedunia dan bertemu ibu dengan anak down syndrome. Menurut beliau, saat anaknya masih kecil banyak sekolah yang enggan menerima anak berkebutuhan khusus. Tidak seperti sekarang yang sudah banyak sekolah inklusi dan sekolah Anak Berkebutuhan Khusus.
Untuk lebih jelas tentang cerita tersebut, teman-teman bisa membacanya di World’s Day Syndrome Down 2019.
Memang ya, sepertinya saat ini pendidikan untuk anak disabilitas sudah lumayan bagus. Sudah ada sekolah inklusi mulai jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi negeri. Meskipun masih belum merata karena belum menjangkau ke daerah-daerah atau pinggiran.
Oleh karena saya belum bisa melakukan riset lebih mendalam dan menulis hanya berdasarkan fakta yang saya amati, maka saya belum bisa mengatakan dengan lantang jika keadilan pendidikan untuk kaum disabilitas masih kurang. Buktinya sudah ada juga anak-anak disabilitas yang berhasil menyandang gelar sarjana dari universitas ternama.
Mungkin juga, saya dan teman-teman pembaca belum bisa merubah apapun terkait kebijakan untuk anak disabilitas. Tetapi kita bisa kok menggerakkan tangan dan pikiran untuk mulai mengubah cara pandang kita terhadap anak disabilitas atau berkebutuhan khusus.
Yuk, berbagi pemahaman kepada mereka yang belum tahu dan suarakan kebutuhan mereka. Serta tidak lupa untuk senantiasa berbagi perhatian dan ilmu kepada anak-anak disabilitas. Boleh juga berbagi kasih dengan memberikan barang yang bermanfaat untuk anak-anak disabilitas di daerahmu. Cari aja barangnya di iPrice untuk mendapatkan harga dan tawaran yang menarik.
Semoga di Hari Pendidikan Nasional nanti, 2 Mei 2019 pendidikan untuk kaum disabilitas bisa lebih merata ke seluruh pelosok negeri. Amiin.
Mungkin teman-teman punya pendapat lain terkait pendidikan untuk anak disabilitas. Yuk share di kolom komentar 😍.