Beberapa bulan ini saya jarang sekali ke Kota Malang jika tidak terlalu penting. Kenapa? Males banget kena macet di Kota Malang. Kebetulan saya tinggal di Kabupaten Malang yang jarak tempuhnya sekitar 1-2 jam. Lalu, jika ke Kota Malang dan kena macet tuh rasanya pengen balik pulang lagi, huft.
Mungkin ada yang berpikir, ah masih di Malang aja belum macet di Jakarta yang sampai berjam-jam. Ya kali cuma macet, menghirup polusi udara dari banyaknya knalpot kendaraan bermotor tuh bikin sesak. Belum kalau pas cuaca panas terik atau hujan dan banjir. Ya Allah, jadi kangen Kota Malang zaman dulu pas masih kuliah, jarang banget macet dan banjir.
Rasanya kok semakin banyak saja yang pakai kendaraan pribadi dan bikin macet jalanan. Kredit kendaraan makin mudah dan cepat sih ya, jadi hampir setiap anggota keluarga punya sepeda motor. Gimana gak macet coba?

Kota Malang sering macet saking banyaknya pengguna kendaraan bermotor (sumber: dokpri)
Mirisnya lagi, banyak yang tidak sadar jika kendaraan bermotor sebagai penghasil karbon monoksida, hidrokarbon, nitrogen oksida, dan partikel adalah penyumbang utama polusi udara.
Ini masih polusi udara loh ya, belum polusi lainnya yang juga secara langsung tidak disadari telah merusak lingkungan dan menyebabkan perubahan iklim. Apa saja sih sebenarnya penyebab perubahan iklim secara global di bumi?
Selimut Polusi, Apakah itu?
Purwanto dalam bukunya Awan Polusi menjelaskan bahwa polusi adalah istilah untuk menyebut setiap pencemaran atau pengotoran lingkungan yang terdapat di muka bumi oleh bahan atau zat yang mengganggu kesehatan manusia, kualitas hidup manusia, atau fungsi alami ekosistem.
Polusi disebabkan oleh hampir setiap kegiatan yang dilakukan manusia yang akhirnya mengotori udara, tanah, dan air. Seperti kegiatan pertanian, industri, transportasi, dan kegiatan sehari-hari lainnya.

Masih banyak yang belum memiliki kesadaran dalam membuang sampah (sumber: dokpri)
Memang, peristiwa alam juga dapat menyebabkan polusi seperti gunung meletus atau badai di gurun. Tapi kan andilnya tidak sebesar manusia yang mencemari lingkungan melalui berbagai cara, salah satunya polusi udara.
Polusi udara disebabkan oleh gas dan partikel dari peristiwa alam atau kegiatan manusia yang masuk ke atmosfir. Gas dan partikel tersebut melebihi kapasitas atmosfir untuk membuangnya ke lapisan tanah pada biosfer sehingga menyebabkan pencemaran.
Asap beracun yang dilepaskan ke udara dari proses pembakaran di pabrik, misalnya dapat menyebabkan polusi. Sebagai penyumbang gas karbon terbesar asap pabrik yang merupakan limbah pabrik dapat menimbulkan hujan asam. Pelaku industri biasanya tidak menggunakan filter pada cerobong asapnya sehingga terbuang begitu saja ke udara.
Ya, sebenarnya sih pencemaran udara sudah dimulai sejak manusia menggunakan api untuk berbagai kegiatan. Namun, polusi udara menjadi masalah besar setelah Revolusi Industri abad ke-18 dan 19 hingga sekarang dan makin parah.
Begitu juga dengan asap kendaraan bermotor. Tidak hanya di kota besar, di desa pun pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor sangat pesat. Hal ini tentu saja ikut menyumbang asap beracun ke udara dalam jumlah besar sebagai hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM).
Lihat saja saat ini kemacetan terjadi di mana-mana khususnya di kota besar sebagai tanda banyaknya pengguna kendaraan bermotor. Kendaraan tersebut menghasilkan karbon monoksida yang dapat membahayakan tubuh.
Coba deh kalian perhatikan saat mengisi BBM di pom bensin, biasanya antrian jenis premium lebih banyak daripada yang lain. Padahal nih premium adalah bahan bakar dengan oktan rendah dan dapat membahayakan kesehatan.
Selain yang telah saya sebutkan, polusi udara juga disebabkan oleh kebakaran hutan dalam skala luas. Hal ini terjadi akibat pembukaan lahan untuk perkebunan atau ladang berpindah-pindah.

Proses Efek Gas Rumah Kaca (sumber: www.berwirausaha.net
Kumpulan polusi di udara tersebut kemudian membentuk selimut yang menyebabkan peningkatan gas rumah kaca. Padahal kan sebenarnya gas rumah kaca inilah yang menjadi selimut bumi secara alami sehingga menjadi hangat. Jika tidak ada gas rumah kaca kita kedinginan dong, tetapi kalau terlalu banyak bisa menyebabkan efek rumah kaca.
Tahu dong efek rumah kaca? Itulah yang membuat suhu di bumi makin panas dan gerah. Efek rumah kaca terjadi karena radiasi panas (dari sinar matahari) yang dipantulkan oleh bumi terhalang dan terperangkap ke bumi. Kemudian terjadilah pemanasan global.
Nah, salah satu efek dari pemanasan global adalah climate change atau perubahan iklim yang saat ini kita rasakan. Selimut polusi membuat bumi semakin panas dan menyebabkan perubahan iklim, dampaknya tidak main-main, apakah itu?
Dampak Perubahan Iklim bagi Manusia

sumber: ppid.bantulkab.go.id
Mengapa cuaca panas sekali saat siang? Atau dingin banget saat malam?
Mengapa cuaca tidak menentu sehingga membuat banyak orang tiba-tiba sakit?
Pernah gak sih kita berpikir jika fenomena alam tersebut adalah dampak polusi yang semakin parah dan menyebabkan perubahan iklim?
Mungkin sebagian besar dari kita sudah tahu ya tapi ada yang cuek bebek meski sebagian benar-benar berupaya untuk menunjukkan kepedulian. Padahal dampak polusi udara sangat besar dan salah satunya menyebabkan perubahan iklim.
perubahan iklim global sebagai proses perubahan kondisi fisik atmosfer bumi yang berupa suhu hingga distribusi curah hujan. Kondisi tersebut secara langsung membawa dampak signifikan terhadap berbagai sektor kehidupan manusia (Kementrian Lingkungan Hidup)
Lalu, apa dampak dari perubahan iklim global di dunia?
Suhu Bumi Semakin Meningkat
Cuaca ekstrim yang terjadi beberapa tahun belakangan adalah dampak dari perubahan iklim. Di Kota Malang yang biasanya sejuk dan adem menjadi panas layaknya Kota Surabaya. Secara global permukaan air laut pun meningkat sebagai akibat dari mencairnya gletser dan lapisan es di kutub.
Musim Menjadi Tidak Menentu
Seingat saya ya saat masih sekolah dasar, musim hujan dan musim kemarau itu datangnya bergantian. Bahkan di pelajaran IPS disebutkan dengan jelas kalau musim hujan datang sekitar bulan September – Maret dan musim kemarau pada bulan Maret – Juni.
Tapi kok sekarang lain ya?
Hal ini dikarenakan perubahan iklim yang menyebabkan cuaca sulit untuk diprediksi. Curah hujan yang berlebihan dan angin puting beliung di beberapa wilayah yang datang tiba-tiba juga merupakan dampak dari perubahan iklim
Kualitas Air Menurun
Jangan dikira kalau hujan terus menerus kemudian persediaan air semakin meningkat ya. Meningkatnya intensitas hujan akibat dari perubahan iklim mengakibatkan air langsung bermuara ke laut dan kurang terserap ke dalam tanah.
Meningkatnya Wabah Penyakit
Bagaimana tidak ada wabah penyakit jika banjir ada dimana-mana? Selain penyakit kulit banjir juga menyebabkan wabah lainnya seperti diare karena pencemaran air. Selain itu paparan ultra violet dan selimut polusi pun meningkatkan wabah penyakit. Bahkan ketika sudah memakai masker pun tidak heran jika masih banyak yang sakit.
Hutan Sebagai Penyerap Bahan Pencemar Udara, Yuk Kita Lindungi

Salah satu hutan kota di Malang, tempat tinggal saya (sumber: dokpri)
Sudahkah kita bersyukur saat bangun tidur di pagi hari karena bisa menghirup udara kembali? Setiap ppm udara yang kita gunakan setiap hari adalah oksigen meskipun sebenarnya yang kita hirup tuh macam-macam jenisnya.
Salah satunya adalah karbondioksida dan gas-gas lain yang ada di udara. Bayangkan kalau manusia di dunia ini semakin bertambah, jangan-jangan nanti kita kehabisan oksigen dan tidak ada lagi yang dihirup? Itulah pentingnya menanam pohon agar pasokan oksigen tidak semakin berkurang.
Apalagi saat ini polusi udara semakin parah yang mengancam kesehatan dan iklim. Data WHO menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tinggi. Sekitar 3,8 juta orang per tahun meninggal akibat paparan polusi udara rumah tangga. Belum lagi polusi dari transportasi, emisi dari produksi energi dan pembangkit listrik, dan lainnya.
Oleh karenanya keberadaan hutan tuh penting sekali karena tumbuh-tumbuhan mampu menyerap polutan dan menurunkan kadar debu. Mengutip dari klikhijau.com tentang fakta yang diungkap dalam penelitian Stevenson 1970 (dalam Grey dan Deneke 1978) bahwa hutan dapat menyerap ozon sekitar 80% dan pohon yang tinggi akan menyerap lebih banyak dari pohon yang rendah.
Mengingat pentingnya keberadaan hutan sebagai salah satu solusi mengatasi #SelimutPolusi sudah selayaknya #MudaMudiBumi melestarikan hutan.
Bagaimana caranya?
Bisa banget berkolaborasi dengan #TeamUpForImpact misalnya, yaitu salah satu campaign yang mengajak kita untuk melakukan hal-hal sederhana untuk bumi. Kapan saja, di mana saja, sejauh yang kita bisa.
Berkolaborasi adalah hal kecil yang bisa kita lakukan bersama-sama dan terus-menerus untuk mendapatka hasil yang lebih maksimal. Melalui aksi nyata kolaborasi ini kita bisa mendapatkan suntikan semangat dalam menjaga bumi agar tetap lestari.
Cara Mengatasi Perubahan Iklim
Jika saja saya memiliki kesempatan untuk membuat kebijakan dalam mengurangi polusi demi mengatasi perubahan iklim, maka hal berikut yang akan saya lakukan:
Mengaktivasi Kurikulum Pendidikan Lingkungan di Sekolah
Sering saya melihat anak-anak, remaja, hingga orang dewasa membuang sampah sembarangan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Duh, miris sekali ya?
Apakah di sekolah tidak ada Kurikulum Pendidikan Lingkungan?
Kalau di sekolah dasar sih sepertinya memang tidak ada ya (tolong koreksi jika memang sudah ada). Memang ada materi tentang membuang sampah pada tempatnya, tapi bukan khusus tentang pendidikan lingkungan. Pantas saja jika masih banyak orang tua yang kurang peduli pada lingkungan bahkan cuek saja ketika anaknya membuang sampah sembarangan atau merusak tanaman di sekitar.
Padahal ya kurikulum pendidikan lingkungan ini sangat penting agar anak-anak memiliki kesadaran untuk peduli pada lingkungan. Percuma kalau cuma materi tempelan yang akan segera menguap begitu saja ketika materinya sudah lewat.
Pendidikan lingkungan hidup sangat diperlukan agar anak-anak bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi bagian dari gaya hidup.
Nanti jika mereka sudah besar kan bisa mewariskan gaya hidupnya sebagai pemerhati lingkungan dan membudaya.
Mengenalkan Anak-anak dengan Hutan Kota dan Bertanam
Kebijakan lainnya yang ingin saya terapkan adalah setiap sekolah bisa mengenalkan siswanya dengan hutan kota dan melakukan kegiatan bertanam. Misalnya setiap anak membawa satu pohon untuk kemudian dirawat di sekolah dan jika sudahh agak besar bisa disumbangkan ke hutan kota.
Salah satu hutan kota yang ada di Kota Malang, tempat tinggal saya adalah Hutan Kota Malabar. Alhamdulillah ya masih ada hutan di tengah keramaian kota. Banyak masyarakat yang jalan-jalan di sekitar hutan kota dan ada tempat bermain juga atau taman untuk bercengkerama.
#UntukmuBumiku Agar Tetap Lestari
Selain yang telah saya sebutkan sebenarnya banyak kok yang bisa kita lakukan #UntukmuBumiku agar tetap lestari dan terjaga. Antara lain:
- Lebih banyak menggunakan sepeda atau jalan kaki
- Menggunakan listrik dan air seperlunya saja
- Menanam tumbuhan di sekitar rumah
- Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai seperti sedotan, bungkus/kemasan
- Bijak dalam mengelola sampah dengan 3R (reuse, reduce, recycle)
Semoga kebijakan yang saya harapkan bisa benar-benar terwujud sehingga bisa mencegah adanya pemanasan global yang berimbas pada perubahan iklim. Tentunya jika anak-anak juga sudah mengenal tentang pendidikan lingkungan hidup sejak dini maka akan menjadi generasi yang peduli dengan lingkungan.
Semangat untuk menjaga bumi, dimana nanti kita tinggal jika bumi sakit dan tidak bisa lagi menampung kita? ‘
Jaga hidup kita, jaga bumi kita ^_^
Semoga bermanfaat
Dafar Pustaka
Purwanto. Awas Polusi. PT Kiblat Buku Utama, 2007
www.halodoc.com/artikel/bbm-di-indonesia-bikin-polusi-udara-semakin-enggak-sehat
id.wikipedia.org/wiki/Perubahan_iklim
www.merdeka.com/trending/perubahan-iklim-global-dan-dampaknya-bagi-kehidupan-ketahui-cara-pengendaliannya-kln.html
www.environment-indonesia.com/6-sumber-polusi-udara-di-dunia
https://klikhijau.com/4-fakta-menarik-perihal-hutan-kota-sebagai-pengendali-polusi-udara/
www.berwirausaha.net/2019/03/penyebab-efek-rumah-kaca-dan-cara-mengatasinya.html/