Setiap tahun kita punya ritual yang dilakukan seperti mudik, kumpul dengan keluarga, ataupun bagi-bagi angpau (sangu). Nah, apa jadinya jika kebiasaan ini tiba-tiba berubah begitu saja?
Tentu saja hal ini akan berpengaruh pada sistem hormonal dan berlanjut pada pola pikir yang akan merubah perilaku. Diakui atau tidak, disampaikan atau tidak, kondisi ini sudah pasti terjadi. Meskipun saya ngaku sedang baik-baik saja sebenarnya dalam hati juga merasa ada yang salah, ada yang aneh, dan ingin berteriak.
Hanya saja karakter setiap orang berbeda dalam menuangkan perasaanya. Saya pribadi lebih suka menuliskan keluh kesah saya daripada curhat kepada orang lain. Seringnya sih curhat ke suami dan ibu.
Kalau orang dewasa sih tahu cara melampiaskan perasaannya, bagaimana dengan anak-anak yang juga kondisi psikologisnya terganggu lantaran perubahaan kebiasaan ini?
Anak-anak yang biasanya kalau lebaran bisa bertemu keluarga, adik dan kakak sepupu, tapi kali ini mereka hanya bisa berdiam diri di rumah untuk mencegah penularan Covid-19. Asal ada gadget sih lebaran di rumah enggak masalah karena masih bisa tetap berkomunikasi dengan keluarga.
Nah, gimana caranya agar lebaran tetap ceria meski #dirumahaja?
Kendalikan Situasi
Siapapun pasti tidak pernah mengharapkan situasi lebaran di tengah pandemic Covid-19. Lalu, jika situasi ini terjadi pada kita, bukankah lebih baik mengatasinya dengan cara yang tepat. Daripada mengeluh sepanjang waktu yang hanya akan menguras energy dan menurunkan imunitas.
Menurut Bunda Abyz, dalam acara sharing di kelas parenting online, kita tidak bisa mengubah orang lain tapi kita bisa mengubah diri sendiri. Bagaimana caranya?
Bisa dimulai dengan mengakui bahwa saat ini kita sedang merasa tidak nyaman karena menghadapi keadaan yang berbeda dari biasanya. Enggak perlu lah menahan apa yang kita rasakan. Bisa dengan curhat ke pasangan, ke saudara, atau pun teman.
Kemudian, terima bahwa kondisi ini menimbulkan masalah baru. Misalnya aja tidak bisa kumpul dengan teman, traveling, sering-sering berkunjung ke rumah ibu. Ya udah, terima aja jika saat ini kondisi kita memang seperti itu.
Kita bisa mulai mengubah mindset bahwa masalah sama dengan tantangan. Nah, dalam sebuah keluarga kondisi yang kita alami sebagai akibat pandemic corona ini adalah tantangan bersama sekeluarga. Jangan deh merasa strong dan bisa menghadapi tantangan ini sendirian. Yuk, kita selesaikan tantangan ini bersama dengan keluarga.
Menghadapi Perilaku Anak
Bagaimana mengajak anak menghadapi perilaku ini? Anak-anak juga punya perasaan yang sama dengan kita loh. Hanya saja mereka belum tahu caranya bagaimana menyampaikan apa yang dirasakan.
Pertama, ajak anak untuk bersikap jujur atas apa yang orangtua rasakan. Kalau ingin nangis ya nangis aja enggak perlu merasa jaim ataupun menahan perasaan. Lalu, beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan perasaan ketidaknyamannya.
Seperti anak saya yang kedua, Aira. Dia kurang bisa mengungkapkan perasaanya. Jadi saya berikan dia kertas dan bolpen dan Aira akan menggambar dengan bagus jika dia sedang bahagia dan mencorat-coret kertasnya jika dia marah.
Aira juga suka berteriak jika sedang marah. Saya biarkan saja sambil menjelaskan jika marah ya marah saja tidak boleh ditahan. Asalkan Aira mau menyampaikan kenapa dia marah. Alhamdulillah sekarang teriak
Langkah selanjutnya adalah mengizinkan dan memfasilitasi anak untuk menyalurkan perasaan sesuai kebutuhan sebagai bentuk empati. Anak-anak kan belum mampu menyampaikan perasaannya seperti orang dewasa, jadi alangkah baiknya jika orang tua bersama anak bisa menikmati hari-hari tanpa rasa bersalah atau jaim. Enggak pakai pura-pura lah ya, menjadi lebih strong padahal pengen mewek gitu.
Jadi, Lebaran dimana tahun ini? Alhamdulillah masih #dirumahaja bersama keeluarga dan tetap ceria.
Kalau kalian lebaran dimana teman-teman? Yuk, sharing ^_^
Salam,