Banyak hal baru yang saya lakukan selama berdiam diri di rumah karena pandemic ini. Mulai dari merawat tanaman yang sekarang sudah bertambah, sibuk di dapur bersama anak-anak, hingga mengikuti seminar atau workshop online. Salah satunya adalah seminar online bareng blogger yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan guna mengajak masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan baru melalui edukasi protokol kesehatan.
Para narasumber di acara yang saya hadiri secara online lewat zoom pada hari Rabu (30/9) lalu sungguh luar biasa. Bersyukur sekali saya bisa ikut di acara ini ya karena banyak ilmu yang saya dapatkan.
- Riskiyana S. Putra, M.Kes (Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat)
- Rose Mini Agoes Salim, M.Psi (Bunda Romi/Psikolog)
- Wardah Fajri, S.I.Kom (Fasilitator/ Mentor & Founder Komunitas Bloggercrony Indonesia)
“Yuuk Disiplin Covid Ambyar” mengingatkan saya pada beberapa banner covid-19 yang ada di jalan raya. Bahwa obat untuk penyakit yang disebabkan virus corona ini ya DISIPLIN. Tapi sayangnya masih banyak orang-orang yang acuh tak acuh pada peringatan tersebut. Seolah-olah covid-19 itu hanya isu yang disebarkan oleh orang-orang berkepentingan tertentu. Kalau keluarga dekatnya terinfeksi, apalagi sampai meninggal baru deh percaya dan mau disiplin.
Nah, kepada masyarakat yang seperti ini saya gemas sekali. Pengen ngasih tahu tapi bingung gak tahu caranya. Terlebih saya berada di desa yang notabene orang lebih percaya apa yang didengar daripada fakta di lapangan, huhuhu. Padahal kan bergotong royong dan bersinergi penting sekali untuk bersama menyelesaikan persoalan pandemi Covid-19.
Oleh karenanya, melalui seminar online dari kementrian kesehatan ini saya berharap bisa dapat banyak ilmu dan materi. Untuk kemudian bisa ikut andil dan menjadi bagian dalam mencegah semakin luasnya dampak covid-19. Bukankah perubahan terjadi dimulai dari hal kecil termasuk diri kita sendiri?
Edukasi Protokol Kesehatan Zaman Now
Pembicara pertama ada dr. Riskiyana S. Putra, M.Kes selaku Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Beliau berbagi materi edukasi protokol kesehatan zaman now yang dimulai dengan data covid-19 secara global dimana hingga saat ini mencapai 32.730.945 kasus terkonfirmasi, 991.224 kasus meninggal, sehingga terdapat 3% angka kematian.
Eh, itu data secara global ya, kalau di Indonesia sendiri ada 275.213 kasus terkonfirmasi dan 10.386 kasus meninggal dunia berdasarkan data PHEOC Kemkes RI yang update pada 28 September 2020.
Seperti yang telah kita ketahui bersama jika covid-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru dan disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-Cov-2). Gejala klinisnya antara lain demam hingga lebih dari 37,3 derajad celcius, batuk dan pilek, sesak nafas, sakit tenggorokan, hingga tubuh letih dan lesu.
Sedangkan penularannya bisa melalui droplet atau cairan yang berasal dari batuk dan bersin, kontak pribadi seperti berjabat tangan, dan juga tertular dari benda sekitar yang mengandung virus.
Faktor Pendorong Transmisi
Lalu, kenapa sih kok sepertinya covid-19 ini enggan pergi dari Indonesia bahkan dunia? Kalau dipikir-pikir loh yak ok virus ini awet banget keberadaannya?
“Ini sih udah skenario dari Allah SWT agar kita banyak-banyak bertaubat karena sekarang mah banyak orang meninggal dunia baik kena corona ataupun penyakit lainnya.”
Ya ya ya, jawaban tersebut enggak sepenuhnya salah. Tapii… gimana ya?
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11).
Ayat ini tuh mengingatkan saya pada beberapa orang yang tidak percaya keberadaan virus corona dan juga abai terhadap anjuran pemerintah. Seperti malas mencuci tangan dan memakai masker, nekat bepergian keluar negeri, dan masih sering mengadakan acara tanpa mengindahkan protocol kesehatan.
Hal inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong transmisi yang didukung dengan belum adanya vaksin dan jumlah populasi di Indonesia yang terbilang cukup padat.
Bahkan menurut hasil survei kepatuhan masyarakat Balitbangkes (Kemenkes) menunjukkan bahwa:
- Persepsi risiko jaga jarak dan pakai masker masih cukup rendah
- Lebih dari 50 % responden sulit jaga jarak dengan orang yang dikenal
- peningkatan himbauan jaga jarak, hanya 30% yang melakukan
- 91% masyarakat percaya tenaga kesehatan mampu menangani Covid-19
- 35-40% masyakarat patuh jaga jarak
- 68% masyakat percaya pemerintah dapat menangani Covid-19
- Persepsi masyarakat akan risiko penularan: 80-85%,
- Risiko kematian: 62-75%
Membaca hasil survei tersebut saya setuju 100% karena keadaan disekitar saya pun seperti itu. Hampir tidak ada yang menggunakan masker saat keluar rumah kecuali ada operasi dari petugas.Pakai masker karena takut kena denda adalah salah satu cirri masyarakat yang kurang percaya dan pengetahuan yang rendah.
Bahkan ketika ada warga yang meninggal pun dipercaya karena sakit dan sudah takdir. Masyarakat sekitar saya lebih memilih untuk tidak pergi ke rumah sakit daripada divonis covid. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan rantai covid-19 sulit diputus. Huhuhu… syediih.
Perilaku Baru di Era New Normal
Pengaruh covid-19 juga mendorong adanya perubahan sehingga masyarakat harus bisa beradaptasi di era new normal. Seperti rajin cuci tangan selama 20 detik dengan sabun atau menggunakan hand sanitizer, memakai masker sebagai mekanisme pertahanan terdepan, menjaga jarak meski dengan orang yang dikenal, mengonsumsi makanan seimbang, istirahat cukup, olahraga, dan juga mengelola stress.
Harapannya, disiplin dalam melaksanakan protocol kesehatan tersebut bisa menjadi sebuah attitude atau perilaku dalam berinteraksi dengan orang lain. Ya kan kita belum tahu kapan si corona ini minggat dari Indonesia jadi mau tidak mau kita harus menerapkan pola hidup baru. Dengan begitu kita pun aman saat beraktivitas walau covid-19 masih berkeliaran.
Lalu, adaptasi kebiasaan baru ini pun harus dilakukan secara disiplin pada semua tatanan masyarakat, mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat. Seperti di semua sekolah, tempat ibadah, pasar, tempat kerja, dan juga tempat umum.
Contoh adaptasi kebiasaan baru yang bisa kita lakukan saat ini adalah:
- memakai masker dan jaga jarak,
- tidak keluar rumah saat flu,
- say hello aja tanpa bersalaman,
- sering cuci tangan menggunakan sabun,
- saat keluar rumah membawa botol minum, hand sanitizer, helm, dan barang pribadi lain. Sebisa mungkin tidak menggunakan peralatan dari tempat umum ya.
Tahukah kalian teman-teman, keluarga adalah garda terdepan pencegahan covid-19. Disiplin dalam keluarga adalah salah satu cara agar bisa disiplin di masyarakat.
Contohnya gini, kalau ada anak-anak yang enggan menggunakan masker saat bermain bersama teman-temannya sudah bisa dipastikan dalam keluarga anak ini ada yang tidak disiplin menggunakan masker. Bisa jadi orang tuanya juga tidak pakai masker saat keluar rumah.
Melalui seminar online bareng blogger tersebut Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi selaku psikolog juga menyarankan agar masyarakat meningkatkan kesadaran diri dalam adaptasi kebiasaan baru.
Bagaimana caranya?
Yaitu dengan memperkuat moral virtue, mengenal manfaat 3 M (Menggunakan masker, Menjaga Jarak, Mencuci tangan dengan sabun), menerapkan kebiasaan secara konsisten, dan memulainya dari diri sendiri, lalu bawa pengaruh ke lingkungan kita agar menjadi contoh untuk lingkungan.
Peran Influencer dalam Mencegah Covid-19
Pandemi ini adalah situasi pelik yang hanya bisa selesai dengan cara bergotong-royong. Untuk itulah peran influencer sangat besar dalam menyosialisasikan covid-19. Salah satu influencer yang menyuarakan tentang informasi positif kepada masyarakat adalah Wardah Fajri. Founder dan Mentor Komunitas BloggerCrony ini menyatakan, “BloggerCrony sebagai salah satu komunitas pun menjadi fasilitator blogger anggota komunitas untuk menyebarkan pesan positif pro kesehatan gerakan nasional #SelaluPakaiMasker di media sosial.”
Melihat Kak Wardah Fajri nih saya jadi termotivasi dan semangat untuk menyebarkan konten positif yang bermanfaat untuk menyosialisasikan pentingnya beradaptasi di era new normal.
Alhamdulillah, senang sekali bisa mengikuti seminar online Edukasi Protokol Kesehatan di Era New Normal ini. Saya dan pastinya teman-teman selalu berdoa agar covid-19 segera berlalu. Atau paling tidak masyarakat bisa lebih cerdas menghadapi situasi ini dan bisa beradaptasi lebih baik di era new normal ^_^ Amiin
Sehat dimulai dari saya. Salam Sehat