Mengalami Banjir Pertama Kali – Tidak pernah terpikirkan oleh saya akan mengalami kebanjiran. Tiba-tiba air masuk rumah kami dan menggenangi lantai rumah. Untungnya hanya setinggi mata kaki dan tidak terus naik. Itu aja saya sudah panik banget. Pikiran aneh-aneh mulai muncul, gimana kalau malam-malam hujan dan air menerobos masuk? Huhuhu
Kebetulan di belakang rumah saya ada sungai kecil yang selalu meluap saat hujan deras. Maklum, banyak yang membuang sampah di sungai meskipun banjir hampir selalu menggenangi rumah mereka. Jika diingatkan mereka hanya tersenyum sinis tanpa berpikir akan bahayanya.
Saya dan keluarga memilih untuk meninggikan tembok pembatas di belakang rumah sehingga air dari sungai tidak bisa masuk ke rumah. Duh, ngeri kalau sampai tiap hujan deras kebanjiran. Memang sih tidak parah, barang-barang semua masih aman. Tapi setelahnya itu loh, membersihkan lantai dari lumpur hingga berjam-jam.
Masyaallah… baru segini saja saya sudah mengeluh. Bagaimana dengan warga Jakarta dan sekitarnya yang pada awal tahun 2020 mengalami kebanjiran hingga seluruh barang di rumahnya terendam? Pasti teman-teman sudah pada tahu kan kalau awal Januari 2020 lalu terjadi banjir di Jakarta dan sekitarnya.
Menurut berita, banjir besar yang terjadi dipicu oleh curah hujan ekstrim dengan durasi panjang dari Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020). BMKG mencatat, curah hujan dengan intensitas 377 mm/hari di Halim, Jakarta Timur menjadi rekor baru curah hujan tertinggi sepanjang sejarah pengukuran dan pencatatan curah hujan di Jakarta dan sekitarnya sejak pengukuran pertama kali dilakukan tahun 1866.
Namun ternyata ada factor lainnya juga, seperti besarnya limpasan air dari daerah hulu, berkurangnya waduk dan danau tempat penyimpanan air banjir, permasalahan menyempit dan mendangkalnya serta sampah di sungai-sungai.
Melihat keadaan tersebut, saya pun memikirkan sesuatu yang akan saya lakukan jika terjadi banjir. Naudzubillah ya, semoga kita semua jauh dari bajir. Tapi menyiapkan segala kemungkinan terburuk juga enggak salah, kan? Nah, saya belum berani beragi tips karena memang belum mengalaminya musibah kebanjiran yang parah. Hanya saja inilah yang akan saya lakukan jika mengalami kebanjiran.
Daftar Isi
Menyimpan File/Dokumen Berharga dengan Baik
Seharusnya menyimpan file telah dilakukan sebelum terjadi kebanjiran ya. Jika perlu simpan semua dokumen penting ke dalam plastik sehingga aman jika terkena air. Dokumen penting seperti akta kelahiran, kartu keluarga, sertifikat tanah, dan juga ijazah perlu disimpan di tempat yang aman. Oleh karena pengurusannya membutuhkan waktu dan biaya maka hal pertama yang saya lakukan jika terjadi banjir adalah selamatkan dokumen terlebih dahulu.
Menyelamatkan Barang Elektronik
Barang elektronik mudah rusak jika terkena air, jadi segera selamatkan jika banjir tiba-tiba datang. Seandainya di rumah saya ada lantai dua maka saya memilih menyimpan barang elektronik di lantai dua. Terlebih jika rumah saya adalah daerah rawan banjir. Kulkas bisa diberi kaki yang agak tinggi sehingga aman jika ada air yang masuk ke dalam rumah.
Mengedukasi Anak-anak Tentang Banjir
Selain mengamankan barang-barang berharga, anak-anak juga harus segera diamankan. Waktu air sungai masuk ke rumah, anak-anak masih balita dan saya pun meminta mereka duduk di atas tempat tidur. Lantai licin tidak aman untuk anak-anak dan berbahaya. Meskipun mereka senang bisa bermain air tapi karena kotor dan berlumpur, anak-anak dengan rela naik ke kasur. Sekalian deh saya berikan pemahaman kepada anak-anak tentang banjir.
Tetap Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Air sungai yang terbawa masuk ke dalam rumah tentu saja membawa serta kotoran dan penyakit. Saya pun segera membersihkan lumpur yang tertinggal, mencuci barang-barang yang terendam banjir, dan tidak lupa mengepel lantai dengan antiseptik.
Itu dia yang saya lakukan jika rumah saya kebanjiran. Semoga saya dan teman-teman semua selalu dalam lindunganNya deh ya, amiin.
Apakah kalian pernah mengalami kebanjiran? Share yuk pengalaman kalian.
Sumber:
BMKG : Curah Hujan Paling Ekstrem Dalam Sejarah Jadi Pemicu Banjir Jakarta