Tidak terasa ya teman-teman jika masa pandemi telah berjalan selama satu tahun. Apa kabar pendidikan anak-anak di sekolah?
Sebenarnya saya tuh senang loh anak-anak belajar di rumah karena memang lebih aman kan. Daripada harus ke sekolah dengan resiko tertular virus yang tidak terlihat tersebut. Tetapi, ada beberapa kendala yang tentu saja membuat saya (disatu sisi) pengin agar mereka segera bisa kembali ke sekolah.
Saat kegiatan belajar mengajar dialihkan ke rumah, sebagai orang tua saya pun menyadari harus melek digital. Alhamdulillah sih karena saya adalah orang tua yang melek digital. Ya, sebelum ada corona pun kegiatan saya sehari-hari berkutat dengan gadged.
Namun, bukan berarti tidak ada kendala yang saya rasakan saat menemani anak-anak belajar jarak jauh. Tetap saja ada karena memang kondisi ini begitu tiba-tiba, kan?
Daftar Isi
Menjadi Orang Tua Melek Digital Ala Gen Z
Tapi kan enggak semua orang tua melek digital sehingga menjadi tantangan tersendiri ketika harus mendampingi anak belajar di rumah, mengikuti arus perkembangan teknologi dalam mendampingi anak belajar.
Saat pandemi seperti ini, belajar melalui daring menuntut orang tua mendampingi anak secara ekstra. Oleh karenanya orang tua diharuskan mau belajar bersama mengenal berbagai aplikasi digital.
Nah, tentu saja anak membutuhkan orang tua melek digital yang dapat menjadi teman menjelajahi dunia maya. Coba bayangkan, apa yang terjadi jika orang tua gaptek (gagap teknologi). Bisa jadi malah menyalahkan anak ketika anak pegang smart phone.
Benar apa benar? Hehe
Sebagai orang tua kita juga perlu mengenali gaya komunikasi anak yang lahir di era digital. Kalau bisa kenali juga pola bermain, pola belajar, dan pola bersosialisasinya yang tidak luput dari teknologi.
Misalnya anak-anak SD zaman sekarang yang sudah lihai berkomunikasi melalui aplikasi whatsapp dan email. Lah saya dulu mah pas SD bisanya pakai surat doang belum kenal yang namanya gadged, hehehe.
Sebagai generasi Z, bagaimanakah sebaiknya bersikap dalam menghadapi pembelajaran?
Pada Sabtu, 20 Maret 2021 lalu SMA Pinta Lazuardi menggelar acara parenting bertema “Jadi Parents Melek Digital ala Gen Z” di zoom meeting.
Melalui acara tersebut saya jadi tahu orang tua memiliki kontribusi dalam memperkenalkan gadget kepada anak. Oleh karenanya orang tua harus update sehingga bisa mendampingi anak-anak dengan baik. Mereka pun akan bangga pada orang tua karena melek teknologi dan tidak kudet (kurang update).
Ibu Lanyah Sri Wardhani, S.Psi selaku Manager Sekolah Widya Wiyata menyatakan bahwa kendala yang dihadapi anak saat sekolah jarak jauh adalah mereka belum terbiasa pegang gadged.
Kendala lainnya adalah jaringan internet yang kurang memadai. Ya kan tidak semua keluarga mampu membeli kuotaa internet, kalaupun ada bantuan dari pemerintah sinyal juga kurang mendukung karena tinggal di desa yang miskin sinyal.
Lalu, anak-anak kurang terbiasa belajar di rumah karena tidak terkondisikan sehingga banyak gangguan. Belum lagi merubah kebiasaan yang biasanya belajar di sekolah harus pindah belajar di rumah. Anak-anak pun kurang semangat belajar karena pembelajaran yang kurang interaktif (pada beberapa sekolah).
Gimana coba misalnya orang tuanya kudet dan tidak melek digital? Padahal orang tua adalah support sistem pembelajaran di rumah.
Bagaimana Menjadi Orang Tua Melek Digital Ala Gen Z?
Di awal pandemi banyak orang tua yang panik karena pembelajaran dilakukan secara daring. Baik itu melalui whatsapp, zoom, Gmeet, dan aplikasi yang lain. Kebanyakan orang tua kurang paham caranya karena memang sebelumnya tidak familiar dengan aplikasi tersebut.
Apalagi semua serba mendadak kan ya? Tidak hanya orang tua yang panik, guru dan siswa pun bingung apa yang harus mereka lakukan. Ditambah sistem yang kurang menunjang pembelajaran agar lebih mudah dan ramah.
Namun, sebenarnya di era digital ini kan anak-anak terlahir sebagai Generasi Z atau generasi internet. Umumnya mereka ini sudah pegang gadged sejak kecil sehingga pengenalan teknologi dan dunia maya akan lebih mudah.
Sayangnya, orang tua yang kurang memahami hal ini (khususnya orang tua yang melek digital) biasanya mencurigai anaknya yang main gadged itu main game atau sosmed. Padahal bisa saja mereka sedang belajar bahasa inggris online, kan? Hehehe.
Nah, Gen Z pastinya akan bangga jika orang tuanya melek digital juga, kan?
Gimana caranya?
Kenali dulu anak-anak kita, cara belajarnya gimana, mengertiin anak-anak dulu sehingga kita dapat frekuensi yang sama saat komunikasi dengan mereka.
Anak-anak pasti bangga kalau orang tua bisa mengenal kebiasaan mereka sehingga merasa didukung dan dipercaya untuk melakukan banyak kegiatan karena pada dasarnya Anak ingin dipercaya ketika pegang gadged. Mereka tidak selalu main tapi juga mencari info yang sedang menjadi tren. Jadi jangan selalu beranggapan bahwa anak yang pegang smartphone sedang bermain-main melulu.
Generasi Z lahir di fase digital sehingga mereka dekat dengan teknologi. Orang tua kadang lupa kalau kita punya kontribusi pada anak-anak yang mengenal dunia digital. Ya kan orang tua yang mengenalkan gadged.
Mengenali Kebiasaan Generasi Z
Nah, saat pandemi gini, anak-anak Gen Z memiliki daya tangkap yang bagus dan memahami pembahasan dengan cepat. Bahkan pembahasan satu arah seperti nonton youtube akan cepat paham. Apalagi jika dua arah, misalnya antara anak dan orang tua. Hanya saja kadang orang tua suka lupa untuk menyamakan frekuensi dengan anak.
Gen Z juga mudah memahami arahan yang memosisikan dirinya sebagai teman. Anak-anak pun suka mendapatkan pengakuan kesetaraan untuk diskusi.
Jadi, kalau mau disukai anak-anak sebenarnya nggak ribet kok, ada beberapa yang perlu kita pahami tentang Gen Z, yaitu:
- Gaya belajarnya audio visual (suka melihat materi yang bergambar dan bersuara)
- Bergantung pada teknologi digital dan streaming
- Mudah menangkap/memahami setiap pembahasan
- Berani mengemukakan pendapat dan kritis
- Senang mencoba, mencari tahu berbagai hal dan berinovasi
- Mudah mencerna arahan pada tutor/mentor/guru yang memosisikan diri sebagai teman
Setelah memahami anak Gen Z, maka orang tua akan bisa tahu aktivitas sehari-hari anak-anak yang cenderung:
- Lebih suka visual daripada tektual
- Berpikiran lebih terbuka
- Bisa menjadi boss untuk dirinya sendiri
- Lebih up to date
- Bisa menerima keberagaman dan masukan
- Tidak luput dari music karena mereka terlatih untuk multitasking
Namun begitu, sebagai orang tua melek digital tetap saja kita perlu mengarahkan mana yang menjadi prioritas antara kesempatan atau menyenangkan diri.
Anak-anak juga membutuhkan support sistem yang dapat mendukung aktivitasnya. Misalnya saja ketika memilih pekerjaan, Gen Z biasanya akan memilih kriteria sebagai berikut.
- Perusahaan atau tempat bekerja harus memiliki nilai yang sama dengan yang dianut
- Lebih senang menjadi bos untuk diri sendiri
- Bekerja dalam bidang kreatif
- Pekerjaan tersebut memiliki tantangan bagi pengembangan dirinya
- Waktu bekerja yang fleksibel sehingga memiliki keleluasaan untuk mengatur waktunya sendiri
Nah, berdasarkan kriteria tersebut, pekerjaan yang akan tren tahun 2025 nanti yang mungkin bisa dipilih anak Gen Z adalah:
- Praktisi medis
- Developer
- Teknisi
- Akuntan
- Ecopreneur
- Spesialis SEO
- Ahli lingkungan
- Software enginer
- Entrepreneur
Hampir semua pekerjaan berhubungan dengan digitalisasi sehingga kita harus mempersiapkan anak kita di tahun 2025-2030. Orang tua harus bisa menjadi pendamping dan memberikan support dalam mengajarkan skill berikut.
- Communication and social skill
- Leadership and problem solving
- Creative and inisiative
- Digital and teknologi
- Critical thinking
Untuk itu kita – sebagai orang tua harus bisa memahami kebutuhan anak sehingga bisa memprediksi kebutuhan teknologi di pembelajaran online, tentunya yang akan meningkat di masa yang akan datang.
Mengenal SMA Pintar Lazuardi
Tak kenal maka tak sayang ^_^
Saya pun penasaran dengan SMA Pintar Lazuardi, apa sih bedanya dengan SMA lainnya?
Sekolah online, khususnya untuk universitas dan SMA, tampaknya akan menjadi trend sekolah alternatif yang tak terhindarkan. Untuk itu Lazuardi Group mendirikan SMA Pintar Lazuardi – Blended Learning High School yang menggabungkan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online dengan bantuan Learning Manajemen System yang diberi nama PINTAR.
PINTAR adalah kepanjangan dari Pedagogical Intelligence Architecture, yaitu LMS pendukung pembelajaran online di SMA Pintar Lazuardi yang didukung oleh aplikasi yang canggih yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja.
PINTAR adalah sebuah strategi pedagogi (pembelajaran) yang memperhatikan keterikatan antara peserta didik dengan proses pembelajaran melalui feedback process.
Apa keunggulan PINTAR?
Multipart
Materi disampaikan dalam bagian-bagian kecil dan dipilih hanya materi fundamental dari sebuah mata pelajaran. Upaya ini dimaksudkan agar mudah dipahami secara mandiri oleh siswa.
Feedback System
Memastikan peserta didik terlibat aktif, berinteraksi, saling memberi dan menerima umpan balik (feedback) untuk efektivitas belajar, mengetahui capaian hasil belajar, terbentuknya komunitas belajar, mendokumentasikan portofolio yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
Differentiated Learning
Dimulai dengan diagnostic assessment, sehingga dapat memandu learning path yang akan dilalui siswa dari urutan materi dan memungkinkan siswa memiliki tahapan belajar yang berbeda.
Learning Path
Peserta didik akan memililki ‘jalur/peta’ untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan pembelajaran.
Multi-Friendly Content
Materi dan media pembelajaran dikemas dalam beragam bentuk sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Disajikan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
Gamification
Pembelajaran online juga mempertimbangkan kesenangan dan keseruan. Ini dilakukan dengan menambahkan unsur games dalam pembelajaran.
SMA Pintar yang beroperasi sejak tahun 2021-2022 ini ikut serta memberikan kontribusi pada sistem pendidikan di negeri kita, dengan menyelenggarakan SMA Blended Learning tanpa meninggalkan kreativitas secara optimum. Caranya dengan menambahkan aktivitas hands on mandiri siswa lewat project based learning.
SMA Pintar Lazuardi menggabungkan antara kegiatan tatap muka dan pembelajaran online dengan prosentase pembelajaran online lebih besar. Kegiatan tatap muka akan dilakukan seminggu sekali di sekolah home based. Kegiatan tatap muka difokuskan untuk:
- Pembentukan karakter,
- pengembangan keterampilan sosial,
- coaching tentang karir,
- kegiatan praktikum yang tidak dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran online.
Untuk peserta didik yang berasal dari wilayah yang belum tersedia sekolah home based, kegiatan tatap muka akan digantikan dengan program pengayaan dan coaching yang dilakukan secara online.
Bagaimana dengan kurikulum SMA Pintar Lazuardi?
Kurikulumnya mengacu pada kurikulum nasional yang sedang berlaku diperkaya dengan konten kurikulum dari berbagai negara dan kurikulum keahlian.
Melalui visi masyarakat berbudaya luhur berlandaskan kebaikan welas asih, dan kebahagiaan spiritual, SMA Pintar Lazuardi memiliki misi menggali dan mengembangkan potensi setiap individu dalam menciptakan perbaikan kehidupan.
Bagaimana ayah-bunda? Sudah siapkah menjadi orang tua melek digital dan mendampingi anak-anak belajar daring di rumah?