Penting nggak sih literasi untuk sebuah sekolah? Mungkin Anda merasa tidak asing dengan kata literasi, tapi tahukah Anda apa itu literasi? Hal itulah yang ingin disampaikan kepada peserta yang hadir dalam talkshow parenting dalam gelaran acara Festival Bonorowo Menulis di Lapangan Bangoan, Tulungagung (7/10).Baca juga: Drama yang Mewarnai Perjalanan Festival Bonorowo Menulis Menurut Budi Harsono, Kepala SMPN 2 Ngunut Tulungagung, kegiatan literasi sebenarnya telah berlangsung di sekolah. Tapi hampir sebagian besar guru tidak paham tentang literasi meskipun Mendikbud telah mencanangkan program literasi sekolah beberapa waktu yang lalu, melalui gerakan membaca lima belas menit non buku pelajaran sebelum pembelajaran dimulai . Beberapa orang (juga guru) berpikir bahwa literasi hanya membaca padahal literasi adalah seperangkat kemampuan memahami bacaan dan menuangkannya dalam tulisan.
![]() |
Pak Budi Harsono (yang paling tinggi) |
Banyak juga yang mengira jika literasi hanyalah pekerjaan guru Bahasa Indonesia. Sekali lagi Pak Budi, yang juga pegiat literasi, mengatakan jika literasi adalah tugas semua guru mata pelajaran. Makanya salah kaprah ini menyebabkan literasi di sekolah terhambat dan membuat siswa seolah “jalan di tempat” dalam hal membaca dan menulis.
Baca juga: Festival Bonorowo Menulis, Wisata Literasi Tulungagung
Coba amati! Sebenarnya banyak lho kegiatan literasi yang sudah dilakukan di sekolah. Hanya saja lemahnya dokumentasi membuat setiap kegiatan hilang tanpa jejak. Alangkah baiknya jika setiap hasil tulisan siswa dibukukan dan diletakkan di perpustakaan sehingga banyak yang membacanya, dengan begitu siswa akan bangga dan gemar menulis.
![]() |
Stan SMPN 2 Ngunut di Festival Bonorowo Menulis 2017 |
Tulisan apa yang bisa dibukukan? Banyak! Setiap kegiatan siswa bisa ditulis dan dibukukan untuk memotivasinya bahwa menulis itu mudah, bisa dicetak, dan dibaca banyak orang (red:teman-temannya). Upaya lain bisa bekerja sama dengan guru mata pelajaran lain, misalnya seni rupa, siswa bisa menuliskan cerita tentang cara membuat benda-benda seni. Siswa juga bisa memuat geguritan dalam mata pelajaran Bahasa Jawa, intinya siswa menuliskan setiap kegiatannya dan dibukukan.
“Apapun Bisa Ditulis”
Sebagai upaya nyata mengembangkan literasi sekolah, Pak Budi membuat buku berjudul “Apapun Bisa Ditulis” yang isinya dokumentasi peristiwa yang dialami siswa. Mulai dari kegiatan siswa di kelas, lomba-lomba yang diikuti siswa, atau permasalahan siswa di sekolah. Teknisnya, kepala sekolah meminta siswa menuliskan setiap kegiatan yang dilakukan. Hasilnya dikoreksi guru Bahasa Indonesia dan kemudian dibukukan. Siswa bangga karyanya berada dalam sebuah buku dan dibaca guru dan teman-temannya. Menarik, bukan?
![]() |
Talkshow Parenting di FestivalBonorowo Menulis |
Kegiatan mendokumentasikan kegiatan siswa juga menginspirasi kepala sekolah ini untuk membuat weblog yang isinya curhatan siswa-siswanya. Tak hanya itu, beliau juga mengunggah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) miliknya di blog pribadi yang membuat blognya mendapatkan 2,5 juta pengunjung hanya dalam waktu beberapa bulan. Padahal blognya tidak terawat. Mungkin karena RPP selalu dicari calon guru untuk mencari inspirasi, kemudian Pak Budi mengarahkan mahasiswa yang beliau kenal untuk mengakses blognya saat mencari RPP. Modus yang keren ya?
Facebook, Berteman atau Memantau Siswa?
Ada cerita lucu dari kepala sekolah yang berkarakter kalem ini, tentang beliau yang bergabung di facebook hanya untuk berteman dekat dengan siswanya. Awalnya beliau menugaskan siswanya untuk berselfi di tempat wisata Tulungagung lalu mengunggahnya di facebok dengan men-tag Pak Budi. Secara otomatis kan harus berteman dulu, nah akhirnya sang kepala sekolah yang ramah tersebut berteman dengan semua siswanya.
Suatu ketika saat musim ujian, Pak Budi melihat beberapa siswa sedang online di facebook. Beliau mengirimkan inbox, “lho kok tidak belajar?” Seketika itu juga siswa offline dari facebook. 😁😁 Saya kok jadi bayangin wajah siswanya yang kaget dan setengah sebal (😠). Jadi mengontrol siswa bisa melalui facebook ya, hehehe. Jaman sudah canggih, guru harus bisa mengimbangi siswa dan nggak boleh kalah canggih. Setuju?
![]() |
Penyerahan vandel sebagai kenang-kenangan |
Melalui blog dan facebook, kepala sekolah ini juga mengaku membagikan kisah siswanya yang bermasalah dan bagaimana beliau menanganinya. Ternyata dibalik kenakalan siswa, ada bantuan yang mereka butuhkan. Hal ini yang sepertinya belum diketahui oleh semua guru, kebanyakan mengira bahwa siswa nakal karena kurang bisa diatur, bebal, dan perlu dihukum. Padahal lebih dari itu, mereka bingung bagaimana menyelesaikan masalah sehingga berbuat ulah.
Baca juga: Jangan Jadi Orang Tua Gaptek, Yuk Pakai Kakatu!
Pada akhirnya, Pak Budi Harsono memberikan saran agar facebook dimanfaatkan untuk menuangkan ide selain untuk curhat. Alih-alih berkeluh kesah, coba untuk menulis minimal lima kalimat setiap hari sehingga terbiasa menuliskan ide. Berlatih menulis memang harus dipaksa dan bisa diterapkan pada siswa di sekolah.
Lalu, seberapa pentingkah literasi sekolah? Sangat penting sekali karena pendidikan tak lepas dari kegiatan baca tulis. Untuk bisa menulis harus mau membaca, sehingga literasi sekolah perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemajuan generasi anak bangsa. Meskipun keberadaan teknologi semakin maju, kegiatan membaca dan menulis tak akan pernah lepas dari keseharian.
Bagaimana? Apakah Anda setuju? Kira-kira apakah yang telah Anda lakukan untuk menggelorakan semangat literasi?
5 Komentar. Leave new
Hihi pak kepsek patroli di medsos yaa.semoga makin meningkat literasi di Bondowoso ya
Perlu digalakkan ya mbk soal literasi. Penting bgd. Terutama utk anak sekolah dasar.
nahhh ini baru sisi baik dari dunia digital. ketika semuanya menjadi transparan dan bisa di monitoring dengan baik. Jadi, yang punya unek unek dengan sekolah bisa disalurkan dan bia didiskusikan. btw, salam kenal mba 🙂
Semangat literasi bisa kita tularkan dengan terus produktif menulis. Semoga semakin banyak yang selalu menulis dan membaca yaaa
Setuju banget kalo literasi penting digalakan di sekolah2 ya bun, biar anak2 mendapatkan pencerahan.