bundadzakiyyah.com – Bagi saya, nonton drama korea adalah hiburan dikala pikiran sedang lelah. Jadi drama korea yang saya tonton harus menghibur dan enggak terlalu bikin stress. Kayak gimana misalnya? Ya kayak drama korea Chocolate ini yang ceritanya sederhana dan humanis banget. Saya pun terhibur dan dapat learning point untuk kemudian saya share kepada teman-teman pembaca blog saya.
Drama Korea Chocolate adalah drama keluarga yang dibintangi oleh Ha Ji Won, Yoon Kye Sang, dan Jang Seung Jo. Reviewnya bisa teman-teman baca di postingan saya berjudul Chocolate: Drama Keluarga Tapi Tak Semanis Cokelat. Reviewnya agak spoiler sih tapi enggak sepenuhnya kok, hehehe.
Selain ceritanya yang unik dan humanis banget, Chocolate juga punya learning point yang inspiratif lho. Melalui drama melankolis ini saya menemukan banyak sekali pesan yang “iya banget”. Yuk intip learning point of Chocolate!
Menjadi Ibu yang Bahagia agar Anak juga Bahagia
Ingin anak-anak bahagia? Orang tuanya harus bahagia duluan donk. Nggak mungkin lah kalau ayah-bundanya pemurung dan pemarah lantas anaknya bisa bahagia. Ya nggak?
Seperti Su Hui, ibu Lee Kang yang berusaha agar anaknya juga bahagia. Dia rela meninggalkan keluarga suaminya yang kaya agar bisa bahagia. Benar saja, Hye Mi dan Lee Kang hidup bahagia di desa Wando.
Berbeda dengan orang tua Lee Jun yang bawaannya emosi karena takut tidak kebagian harta. Huft… kasihan banget Lee Jun yang dituntut untuk lebih pintar dari Lee Kang. Tentu saja Lee Jun merasa tersiksa karena harus bersaing bahkan bermusuhan dengan saudara sepupunya.
Uang Bukanlah Segalanya
Sejak awal drama ini sudah kasih sinyal kalau bakalan ada rebutan warisan. Itulah mengapa saya lanjut nonton meski alurnya slow banget. Kenapa? Karena saya lebih suka konflik keluarga karena warisan daripada perselingkuhan, wkwkwk. Kembali ke selera ya.
Melalui film ini saya makin yakin jika uang bukanlah segalanya. Untuk apa punya banyak uang jika ternyata kita memiliki rasa iba atau empati yang sangat minim? Atau bahkan tidak punya sama sekali.
Baca juga: Battleship Island, Haru Biru Perjuangan Budak Tambang
Untuk apa jadi orang kaya jika melihat Sanatorium Geosung saja nenek Lee Kang tidak ada rasa simpati sedikitpun bahkan ingin menutupnya. Akhirnya Lee Kang malah meninggalkan nenek yang sayang padanya dan memilih mengelola sanatorium. Lee Jun pun memilih meninggalkan keluarganya yang selalu berebut warisan.
Jadi, uang bukanlah segalanya dan yang terpenting adalah rasa cinta dari orang-orang di sekitar kita.
Menghargai Waktu
Melihat orang-orang di Sanatorium yang hanya tinggal menunggu waktu untuk dipanggil Sang Kuasa, membuat saya ingin lebih menghargai waktu. Tidak ada yang tahu kapan waktu meninggal sehingga penting sekali menghargai setiap detik yang berlalu. Menghargai waktu bisa dilakukan dengan melakukan aktivitas yang bermanfaat setiap hari. Berusaha semaksimal mungkin dan menghargai tubuh juga agar bisa bekerja dengan baik, caranya dengan beristirahat yang cukup.
Bersikap Empati
Meskipun fokus pada kisah Lee Kang dan Cha Young, tapi di drama ini juga mengisahkan tokoh-tokoh lain dengan bermacam-macam konflik dan kisah hidupnya masing-masing. Hal ini mengajarkan kepada saya untuk simpati kepada setiap masalah yang dimiliki orang lain. Setiap orang pasti memiliki luka dan ketidaksempurnaan, pun dengan saya. Oleh karenanya kita harus berusaha berempati kepada orang lain dengan tidak menyakiti hati mereka. Bukankah kita tidak pernah tahu sedalam apa luka dan masalah mereka? Cukup berikan empati.
Bahagia itu Sederhana
Setiap orang bisa mendapatkan kebahagiaan menurut caranya masing-masing. Melalui drama ini saya juga belajar bahwa bahagia itu sederhana yaitu bisa dengan cara membantu orang lain. Seperti Cha Young yang selalu berusaha membantu orang lain. Memiliki latar belakang yang menyedihkan bukanlah alasan untuk menjadi pribadi yang dingin dan tega’an. Moon Cha Young selalu tampak bahagia setelah membantu orang-orang di sanatorium. Misalnya dengan menjadi tukang masak walau tidak dibayar.
Motivasi Bisa Datang dari Siapa Saja
Motivasi bisa datang dari siapa saja jika kita bisa membuka mata dan telinga. Seperti di drama korea Chocolate yang banyak sekali memberikan pelajaran hidup. Mulai dari anak-anak hingga orang lanjut usia mengajarkan arti perjuangan hidup, tidak mudah menyerah, dan ketegaran.
Betapa anak kecil seperti Yeon Ji Yong yang selalu bilang bahwa dia bukan akan pergi (mati) karena penyakitnya tapi di langitlah tempat sebenarnya. Dia akan pergi ke luar angkasa karena tugasnya menjaga kedamaian di bumi sudah berakhir. Padahal dia masih anak-anak loh. Huhuhu… nyesek banget.
Katakan Cinta dan Sayang Segera
Saat melihat Chocolate, kalian mungkin juga berpikir untuk segera menyatakan cinta dan sayang kepada orang terkasih. Mengapa? Sekali lagi karena ajal tidak bisa diprediksi. Ya, kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput. Di drama ini, pasien yang tinggal di Sanatorium Geosung berusaha menepati janji sebelum meninggal, keluarga yang akan ditinggalkan juga berusaha menyatakan cinta dengan caranya masing-masing.
Itu dia teman-teman, Learning Point of Chocolate yang bisa saya ambil setelah nonton dramanya. Bagaimana? Apakah kalian juga tertarik untuk nonton drama korea ini?
4 Komentar. Leave new
Humanis banget ceritanya. Seperti memberi pesan bahwa hidup sederhana yang penuh syukur masih lebih enak daripada hidup bergelimpangan harta tapi anti sosial.
Banyak yang komen film ini bagus. Tapi aku deg-degan nontonnya. Soalnya ini drama korea kayaknya itu sedih banget ya ceritanya. Aku ga sanggup dlu nonntonya karena lagi butuh drama korea yg menghibur hihihi. Lagi penasaran ama itaewon aku
Aku LG nonton 2 drakor yg lain. Selesai ini, mau nonton chocolate :D. Udh bbrp kali baca reviewnya, dan tertarik sih. Aku suka kalo ceritanya ttg keluarga begini :).
Dari yang saya suka dari drama korea adalah suka ada hikmah dari setiap jalan ceritanya. Apalagi kalau aktornya ganteng, wah…pasti suka bangeet! wkwkwk