Tidak terasa ya hampir satu tahun kita mengenal covid-19, penyakit yang disebabkan virus corona. Dampak yang dirasakan masyarakat dari penyebaran virus ini sangat luas. Masyarakat pun mengenal new normal sebagai imbas dari adanya pandemic. Gimana? Apakah teman-teman sudah menemukan cara ampuh melatih kebiasaan baru selama pandemic covid-19?
Masih ingat nggak? Saat awal-awal virus corona datang ke Indonesia? Masyarakat berebut masker, hand sanitizer, hingga alcohol. Beberapa bulan kemudian penggunaan masker diwajibkan dan dimana-mana kita melihat orang-orang pada pakai masker. Dikit-dikit pakai hand sanitizer, bentar-bentar cuci tangan, jaga jarak, dan jalanan lengang.
Tapi sekarang? Udah jarang yang pakai masker, hand sanitizer pun enggak selaris saat awal corona datang. Tempat cuci tangan di depan toko atau rumah pun hanya menjadi pajangan. Bener apa bener?
Adaptasi New Normal atau Kebiasaan Baru
Pemerintah pun mengumumkan “New Normal” yang dinarasikan sebagai “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Katanya sih pengumuman new normal ini agar kita bisa bekerja, belajar dan beraktivitas dengan produktif di era Pandemi Covid-19.
Bagi saya, new normal adalah dibukanya PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar. Eh, bukan saya aja sih yang mikir gitu. Banyak orang yang menganggap bahwa setelah diumumkan new normal berarti enggak ada lagi PSBB. Bahkan ada yang mengartikan bahwa new normal berarti corona udah pergi, hiks.
Padahal enggak gitu, huhuhu. New normal adalah tatanan kehidupan baru yaitu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh masyarakat dan semua institusi yang ada di wilayah tersebut untuk melakukan pola harian yang berbeda dengan sebelumnya. Hal ini untuk menghindari risiko penularan virus corona.
Apa iya mau di rumah terus? Bekerja dari rumah terus?
Lha wong di rumah seminggu aja rasanya udah stress loh. Banyak sekali orang tua yang mengeluh karena harus mendampingi anaknya belajar di rumah.
Nah, kita bisa melakukan aktivitas normal seperti biasanya tapi dengan cara mengadaptasi kebiasaan baru. Tahu sendiri kan kalau pandemi telah mengubah kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari. Seperti harus menerapkan 3M (mencuci tangan, menggunakan masker, dan menjaga jarak) dalam kehidupan.
Tapi sayangnya banyak orang (yang kurang cerdas) tidak menerapkan kebiasaan baru ini. Berbagai alasan disampaikan, mulai dari kondisi ekonomi yang lemah sehingga nggak mampu beli masker, enggak percaya corona karena kematian dianggap sebagai takdir, dan masih banyak lagi.
Kebiasaan Baru Selama Pandemi Covid-19
Adaptasi kebiasaan baru yang sering disebut-sebut adalah mencuci tangan sesering mungkin, memakai masker, menjaga jarak, istirahat yang cukup, rajin olahraga, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Saat mengamati orang-orang di sekitar, saya menyimpulkan bahwa tidak mudah menerapkan kebiasaan baru. Saat ke pasar hanya beberapa orang saja yang pakai masker karena kesadaran. Tempat cuci tangan di pasar pun tinggal kerangkanya, gallon air dan sabunnya menghilang entah kemana.
Saat bertemu orang juga masih banyak yang ngajak berjabat tangan. Memang ya bersalam-salaman sudah menjadi budaya sehingga akan terasa aneh jika dihilangkan. Namun, mau bagaimana lagi jika hal ini untuk mencegah penyebaran virus corona?
Tapi, tidak semua orang kayak gitu sih. Ada juga kok yang benar-benar menerapkan kebiasaan baru tersebut sehingga menjadi kebiasaan sehari-hari.
Mencuci Tangan Sesering Mungkin
Seperti saya yang membiasakan anak-anak untuk mencuci tangan setelah bepergian, saat hendak makan, dan pegang hewan peliharaan. Sampai-sampai sekarang tanpa disuruh pun mereka akan sering-sering cuci tangan. Meskipun dampaknya adalah sabun cuci piring saya lebih cepat habis (colek suami untuk minta tambahan budged, wkwkwkw). Saya juga membawa hand sanitizer kemana-mana untuk berjaga jika tidak ada tempat cuci tangan.
Menggunakan Masker Saat Keluar Rumah
Menggunakan masker juga menjadi kebiasaan kami. Alhamdulillah anak-anak sudah paham jika memakai masker untuk kebaikan kami semua. Agar terhindar dari penyebaran virus corona yang tak kasat mata. Pun saat harus jogging dan ikut belanja ke pasar, anak-anak rela memakai masker berjam-jam.
Saat awal-awal dulu memang mereka sering bertanya alasan menggunakan masker setiap keluar rumah. Tapi sekarang mereka sudah paham dan nggak pernah lagi bertanya. Meskipun diluar sana banyak yang tidak memakai masker, anak-anak tidak protes.
Menjaga Jarak Saat Berada di Luar Rumah
Salah satu hal yang saya syukuri adalah tepat di depan rumah saya itu jalan raya sehingga anak-anak jarang bermain di depan rumah. Di sekitar rumah juga tidak ada anak-anak usia sebaya. Kedua anak saya hanya bermain dengan teman di sekolahnya dan teman ngaji.
Nah, saat pandemi kakak dan adek ini jarang sekali bertemu teman-temannya karena harus belajar jarak jauh. Kasihan juga sih ya tapi mau gimana lagi? Sesering mungkin saya ajak mereka jalan-jalan ke sawah, kadang juga bertemu temannya saat jalan-jalan gitu. Lumayan bisa menghibur hati.
Hanya saja yang masih agak sulit adalah tidak berjabat tangan karena beberapa kali saat bertemu gurunya. Anak saya yang masih TK langsung deh mencium tangan bu guru, hehehe.
Tapi saat belanja di pasar atau mengajak anak-anak ke supermarket, saya melihat mereka sudah paham cara menjaga jarak. Alhamdulillah… menjaga jarak juga telah menjadi kebiasaan baru kami.
Pola Makan Lebih Sehat
Menjaga pola makan sehat ini juga butuh perjuangan loh. Kalau sebelum pandemic anak-anak masih sering jajan cilok, sempol, jajanan micin-micin gitu, sekarang saya dibatasi. Sebagai gantinya saya dan suami jadi sering bebikinan makanan di dapur.
Mulai dari cemilan ringan hingga makanan berat yang sekiranya anak-anak suka, emak dan bapaknya juga suka, hahaha. Jajanan yang bikin sendiri pastinya lebih sehat kan ya?
Apalagi sekarang musim hujan, kalau bisa selalu jaga pola makan lebih sehat, jaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit juga. Jika perlu kami mengonsumsi minuman herbal untuk meningkatkan imunitas.
Olahraga Ringan dan Rutin
Salah satu olahraga yang sedang naik daun saat pandemic adalah bersepeda. Iya, banyak sekali komunitas sepeda bermunculan. Sayangnya ada beberapa yang tidak mematuhi protocol seperti tidak memakai masker atau tidak menjaga jarak saat makan-makan di warung.
Karena anak-anak belum punya sepeda, hanya saya dan suami yang gowes. Sebagai gantinya saya mengajak mereka jogging atau sekedar jalan-jalan ke sawah sekitar 1-2 jam. Gitu aja anak-anak udah bahagia dan dapat keringat juga.
Konsultasi Kesehatan Secara Online
Enggak usah dilarang juga saat ini banyak kok orang yang enggan pergi ke rumah sakit lantaran takut didiagnosis covid-19. Padahal kalau pas sakit dan nggak mau periksa, kita malah bisa membahayakan orang lain loh. Ya kan virus corona itu kasat mata alias nggak kelihatan.
Paling tidak, kalau takut untuk pergi ke rumah sakit karena memang pasien covid-19 masih terus berjatuhan, kita bisa konsultasi kesehatan secara online. Misalnya dengan aplikasi halodoc, solusi kesehatan terlengkap di Indonesia.
Setelah install aplikasinya di smartphone, kita bisa chat dokter, pemeriksaan di rumah sakit, beli obat, cek lab dan update informasi seputar kesehatan. Pokoknya segala kebutuhan kesehatan tersedia dalam satu aplikasi halodoc ^_^.
Kalau khawatir pergi ke rumah sakit, teman – teman bisa install aplikasinya atau langsung buka webnya. Saya pun demikian, contohnya saat luka jahit saya tidak kunjung membaik, konsultasi melalui halodoc adalah solusi yang saya pilih.
Kesimpulan
Menurut saya, cara ampuh melatih kebiasaan baru saat pandemic adalah dengan memahami pentingnya kebiasaan baru tersebut. Kebiasaan baru akan terbentuk jika kita bisa menetapkan tujuan dan fokus pada prosesnya. Seperti halnya kebiasaan baru saat pandemic ini, tujuannya untuk mencegah penularan virus corona.
Sementara menunggu vaksin corona yang bisa mencegah terjadinya penularan covid-19, yuk kita patuhi protokol kesehatan. Sambil terus berdoa semoga pandemic segera berakhir dan bisa menjanlani hidup seperti sedia kala. Amiin