Gara-gara social distancing aku jadi ibu rumah tangga beneran. Iya, jika sebelum ada penyakit Covid-19 aku masih bisa keluyuran menghadiri event-event bloger kali ini aku menahan diri untuk bisa tetap di rumah. Pasalnya, untuk mencegah penularan virus corona pemerintah mengimbau untuk melakukan social distancing.
Pasti teman-teman sudah pada tahu kan apa itu social distancing?
Social distancing adalah sikap untuk menjauhi kerumunan orang dalam rangka menghindari penyebaran penyakit Covid-19. Tidak hanya di Indonesia, negara-negara lain juga melakukannya kok. Saat menerapkan social distancing orang-orang tidak lagi menghadiri pengajian, sholat berjamaah, sekolah-sekolah diliburkan, begitu juga dengan para pekerja yang harus bekerja di rumah atau work from home.
Tapi… apa di Indonesia bisa benar-benar social distancing gitu? Ehm… entahlah. Meskipun udah dikampanyekan melalui berbagai media sosial, bahkan presiden sendiri juga yang mengumumkannya masyarakat masih aja ngumpul-ngumpul. Banyak alasan yang dikemukakan seperti “kalau sakit ya udah takdir”, atau “lebih takut Tuhan daripada corona,” dan juga “lebih takut kelaparan daripada corona”.
Enggak heran deh misalnya masih banyak yang nongkrong-nongkrong nggak jelas di pinggir jalan tanpa jaga jarak dan tanpa masker. Jadi, antara enggak paham atau memang bebal ya? Hehehe.
Daftar Isi
Social Distancing Atau Physical Distancing
Tapi, tidak lama kemudian imbauan tersebut berubah menjadi physical distancing. Ya, WHO mengubah kata “jaga jarak sosial” menjadi “jaga jarak fisik”. Mungkin kedengarannya lebih mudah dipahami ya. Meskipun nggak sedikit juga orang-orang yang masih antri secara berdempet-dempetan.
Bahkan kemarin saya membaca berita bahwa di Kalimantan Timur ada bagi-bagi sembako dan orang-orang pada berkerumun. Ya Allah… enggak takut tertular virus corona apa ya? Atau mereka udah merasa sakti? Ah, serem deh pokoknya.
Lha wong saya ke pasar aja pakai masker dan berusaha jaga jarak dengan orang, eh ini malah antri sembako dan empet-empetan.
Pengubahan kata social distancing menjadi physical distancing menurut saya sudah tepat. Soalnya kalau social distancing tuh orang merasa terisolasi secara sosial karena harus berdiam diri di rumah. Padahal di saat seperti ini kontak sosial itu sangat penting karena berhubungan dengan kesehatan mental. Bayangin aja kalau harus berdiam diri di rumah tanpa bisa bersosialisasi dengan teman dan keluarga, huhuhu.
Sedangkan kalau physical distancing kan pengertiannya jaga jarak fisik, lebih tepat aja karena realitanya kita masih bisa bersosialisasi melalui dunia maya atau virtual. Intinya jaga jarak fisik itu aja sih, karena penyakit Covid-19 tuh enggak bisa menular melalui internet, hahaha. Kalaupun harus ada pertemuan ya dibatasi aja jumlahnya dan ingat untuk selalu menjaga jarak.
Sisi Positif Penerapan Social Distancing Bagi Lingkungan
Beberapa waktu setelah pemerintah menerapkan social distancing, ada banyak dampak positifnya bagi lingkungan loh. Ya kan orang-orang enggak banyak yang keluyuran dan warung makan banyak yang tutup dan hanya menerima orderan online.
Menurunnya Polusi Udara
Memang masih banyak orang bebal yang nongkrong di pinggir jalan. Tapi enggak banyak juga kok yang cerdas dan mengikuti anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah demi menghindari penyebaran Covid-19. Buktinya udah enggak ada lagi kemacetan di beberapa kota.
Di Kota Malang tempat tinggal saya, misalnya. Jalan raya sepi dan lengang. Hanya beberapa kendaraan yang lalu lalang. Tapi saya enggak terlalu suka karena meskipun jalanan sepi juga enggak bisa kemana-mana, terutama bertemu orang tua dan sanak saudara. Kalau disuruh memilih ya saya pilih jalanan sepi namun enggak ada corona. Hehehe.
Tentu saja hal ini menurunkan konsumsi BBM, asap kendaraan menjadi berkurang, dan kualitas udara pun menjadi lebih baik daripada sebelum ada Covid-19.
Penggunaan Sampah Plastik Berkurang
Tahu sendiri kan bagaimana kondisi sampah plastik di tempat wisata ataupun tempat perbelanjaan? Hampir semua bungkus makanan menggunakan plastik dan tanpa merasa berdosa orang-orang membuangnya begitu saja. Iya benar, buang sampah sudah pada tempatnya tapi enggak mikirin gimana nasib sampah itu selanjutnya. Iya apa iya?
Nah, dampak positif dari penerapan sosial distancing ini adalah berkurangnya penggunaan sampah plastik.
Bahkan menurut berita, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta mencatat terjadinya pengurangan sampah dari Jakarta menuju TPS Bantargebang rata-rata 620 ton per hari saat pandemi Covid-19. Wuah… luas biasa banget kan. Coba tiap hari kayak gini mungkin bumi bisa semakin asri ya.
Gara-gara Social Distancing, Aku Jadi Ibu Rumah Tangga Beneran
Sudah lama aku ingin menjadi ibu rumah tangga beneran. Loh, emangnya sebelumnya masih bo’ongan?
Hahaha, nggak gitu juga sih. Sebelum resign saya bekerja di sebuah masdrasah swasta di Wajak-Kabupaten Malang. Terus, setelah resign saya pun masih juga keluyuran ke Kota Malang untuk liputan, menghadiri event bloger, ataupun kumpul-kumpul dengan komunitas. Nggak bisa gitu stay di rumah terus kayak sekarang, hahaha.
Jadi, gara-gara social distancing saya jadi ibu rumah tangga (IRT) beneran yang enggak bisa keluyuran. Kerjaannya tiap hari masak, bersihkan rumah, nyuci, main sama anak, dan pastinya ngeblog lah. Kalau aktivitas terakhir yang saya sebutkan itu enggak bisa di skip ya, hehehe. Udah semacam hobi yang tidak bisa ditunda.
Saya pun bisa merasakan apa yang pernah dirasakan ibu saat menjadi full IRT. Iya, sebelum anak-anaknya menikah, ibu saya adalah ibu rumah tangga yang kerjaannya mengurus suami, anak, dan rumah. Enggak ada aktivitas lainnya. Dan sekarang saya merasakan apa yang pernah dilakukan ibu saat harus di rumah mengurus keluarga.
Saya sih masih enak ada hobi yang ditekuni, seperti menulis blog. Lah ibu? Beliau ya benar-benar mengurus rumah tangga dan enggak ada kegiatan lainnya. Eh ada sih tapi kegiatan rutin di kampung seperti pengajian rutin seminggu sekali dan PKK.
Mendadak saya pengin ketemu ibu dan memeluk erat beliau. Betapa tidak mudah menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya yang harus berdiam diri di rumah dan enggak bisa hangout atau nongki-nongki bersama teman.
Bagaimana caranya agar ibu nggak stres? Dengan seabrek pekerjaan domestik dan mengurus kelima anaknya tanpa mengeluh, ibu adalah wanita hebat versi saya. Ibuku adalah kartini masa kini yang tidak akan pernah lekang oleh zaman.
Kata ibu, “Ikhlas, jalani dengan ikhlas setiap detik waktu yang Allah berikan padamu.”
Seketika saya meneteskan air mata dan rindu pada ibu semakin membuncah. Keinginan saya saat pandemi ini sudah berakhir nanti adalah bertemu ibu dan memeluknya lebih lama. Hiks
Tiba-tiba saya sangat bersyukur sekali bisa merasakan jadi full IRT karena harus berdiam diri di rumah. Saya yakin segala yang terjadi di muka bumi ini adalah ketetapan Allah SWT. Termasuk Covid-19 yang dibaliknya banyak hikmah yang bisa kita ambil, seperti menjadi lebih dekat dengan keluarga, meningkatkan kepedulian sosial dan solidaritas, dan punya banuak waktu melakukan hal-hal yang tertunda.
Kalau buat kalian, teman-teman pembaca setia Catatan Bunda, dengan penerapan sosial distancing apa yang kalian rasakan?
Share yuk di kolom komentar!
Salam,
sumber: https://ilovelife.co.id/blog/10-efek-positif-tak-terduga-dari-penerapan-social-distancing/
https://www.liputan6.com/news/read/4223217/dampak-corona-sampah-di-jakarta-berkurang-620-ton-per-hari
17 Komentar. Leave new
Eh saya baru tahu loh soal ada pengaruhnya soscial distancing dg pengurangan sampah. Keren juga. Soalnya kalau di RS malah tambah banyak sampah kan. Secara APD kami kan sekali pakai. Hihi
Ibuku tiap tak telepon pesannya selalu, “sabar”. Ya karena beliau tahu banget kalau aku nggak bisa diam. Meskipun cuma ke pasar atau naik motor muter-muter harus keluar rumah. Tapi kau setuju juga banyak hikmah positif dari Covid-19. Khususnya untuk pengendalian diri dan hubungan keluarga. Rasanya jadi makin lengket aja sama suami dan anak-anak.
Di balik covid ternyata banyak hikmahnya juga seperti mba Eni bilang polusi berkurang, beberapa teman posting langit biru Jakarta. Seneng liatnya Jakarta kurang polusinya termasuk sampah plastik berkurang juga. Semoga mba Eni sehat selalu ya
Sama mbak, baru berasa ibu rumahtangga benaran. Tiap hari harus selalu masak dan nyuci baju, gak berani beli makanan jadi yang dijual diluar dan lebih care sama kesehatan anggota keluarga. Mom banget pokoknya
Kalau aku udah jadi IRT beneran sih mbak sejak februari lalu ditinggal ART hehe, tapi yang aku rasakan adalah ternyata anakku yang nomor 1 vio itu betah-betah aja di rumah main sama aku. Sebelumnya aku mikir dia harus sekolah banget, dan kalau dia libur aku suka ketar ketir mikirin kegiatan apa, pas social distancing ini aku jadi menyadari anak bisa main apa aja kok hehe
Indonesia kita masih belum belajar padahal korban sudah sedemikian banyak. Atau merasa masih aman kayanya ya mbak, btw nikmati menjadi ibu rumah tangga seutuhnya saat ini. Sama ms Juli juga nih he he
iya nih untuk ibu-ibu pekerja juga bilangnya gitu. karena pandemi bisa sekalian kerja dan urus anak. soalnya biasanya kan harus ninggalin anak sama baby sister sekarang bisa diurus sendiri sambil kerja. masyaallah. sehat-sehat selalu bun dan keluarga.
Rasanya campur aduk, Mbak. Di satu sisi aku sedih karena ekonomi terasa banget lesunya. Di sisi lain aku bersyukur karena kami sekeluarga dalam keadaan sehat, anak-anak nafsu makan bertambah karena aku mulai rajin masak (uhuy), dan aku juga bersyukur diciptakan suka diam di rumah. Jadi kondisi begini nggak boleh kemana-mana kalau nggak penting, nggak terasa banget, hihihi …
Sepertinya banyak yang sama nih dengan mbak, tiba-tiba merasa jadi irt beneran. Lah kemarin emang jadi irt palsu? hahaha
Psst … sayapun begitu baru ngerasain jadi irt sejati wkwkwk
Setuju kalau CORONA membawa hikmah. Jalani semua dengan sabar dan ikhlas, itu kuncinya.
Samaan denganku dan pastinya banyak ibu di dunia ini yang merasa senasib. Jadinya, ada hikmahnya juga wabah ini melanda dunia. Kita jadi lebih care dengan keluarga dan bumi juga mendapatkan kesempatan untuk menyembuhkan dirinya sendiri.
Iya nih. Gegara physical distancing, Yuni jadi sering masak. Meski menu-menu sederhana, tapi masak terus lah.
Beda waktu nggak ada covad-covid. Apa-apa beli. Makan tinggal hap, gitu deh.
Jadi lebih hemat dong akunya. HEhehe
Yang pasti jadi lebih banyak ngantor di dapur mba hahahaha… Lha piye? Mau jajan pada tutup. Sementara anak2 maunya ngunyah muluk kalo di rumah. Jadilah simboke chef dadakan
Hikmahnya ya jadi lebih menghargai waktu, menghargai keluarga dan apapun yang dulu gak kita anggap. Sekarang semua jadi ngangenin
Di balik pandemi ini ternyata banyak hikmah yang bisa kita dapatkan ya, Mbak. Keluarga jadi tambah dekat dan kita jadi punya kesempatan untuk menambah pengetahuan.
Bener mb…social distanciing bikin kita jd IRT beneran. IRT sejati yg benar2 mmperhatikan keluarga. Full ya mba. Dari pagi hingga pagi lagi. Dinikmati aja yg pnting kluarga sehat semua. Aamiin
Aku juga kangen ama mama aku Bun. Biasanya tiap bulan atau dua bulan sekali, kami selalu pulang ke Bandung lihat mama dan rumah. Semoga pandemi ini segera berakhir ya Bun. Amin
Wabah ini mengubah kita dalam banyak hal ya, mbak. Kalau aku ttg social distancing sih ga begitu banyak berbeda, karena memang jarang keluar rumah. Tapi untuk urusan anak dan suami jadinya kerasa juga.